Leukemia akut merupakan keganasan pada sumsum tulang dimana sel induk hematopoietik mengalami hambatan pada tahap awal pertumbuhan. Keganasan ini terbagi dalam dua sistem yaitu limfoid dan non-limfoid atau myeloid. Hampir semua subtype LMA ditandai dengan adanya sel blast lebih dari 20% di dalam sumsum tulang. Data Globocan tahun 2012, leukemia menempati urutan ke-10 kejadian kanker dengan incidence rate 2,5% dan mortality rate 3,2% dari seluruh kejadian kanker.
“Kejadian LMA dapat disebabkan faktor eksternal maupun internal. Sementara pengaruh lingkungan terutama akibat benzene karena polusi serta benzene yang berasal dari rokok,”kata Nugroho Prayogo pada ujian terbuka program doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, UGM, Senin (31/8).
Pada kesempatan itu Nugroho mempertahankan disertasinya berjudul Ekspresi Gen WT1 dan M1R-155 Pada penderita Leukemia Myeloblastik Akut Sebagai Faktor Prediksi Terjadinya Kekambuhan.
Akhir-akhir ini, beberapa peneliti menggunakan Wilms Tumor gene (WT1) sebagai penanda molekuler dari leukemia. Adapun peranan WT1 yang sudah ditemukan antara lain: pertumbuhan sel darah/hematopoiesis, menilai respon pengobatan dan derajat eradikasi leukemia sel pada pasien leukemia.
“Sebagai predictor relaps, kadar ekspresi gen WT1 pada semua pasien leukemia dengan berbagai subtype meningkat signifikan,”tuturnya.
Dari hasil penelitiannya tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar gen WT1 pada pasien leukemia myeloblastik akut mempunyai tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien leukemia granulosit kronik. Selain itu, ekspresi WT1 pada monitoring berkala setiap bulan dapat meramalkan kekambuhan. Hal ini dilihat pada pasien yang mengalami peningkatan ekspresi WT1 bulan ke 3 dan 4 terjadi kekambuhan (Humas UGM/Satria)