Setelah jatuhnya Soeharto, pemerintahan di bawah Presiden Abdurahman Wahid memberi kesegaran bagi etnis Tionghoa karena peraturan-peraturan yang membatasi gerak mereka, kecuali di bidang ekonomi, telah dicabut dengan keputusan Presiden No. 6/2000. Presiden Abdurahman Wahid telah mendorong pluralisme dan keterbukaan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
“Terjadi perubahan juga di bidang media. Beberapa stasiun televisi swasta mulai menayangkan sinetron tentang kehidupan etnis Tionghoa,”kata Liliek Soelistyo pada ujian terbuka program studi Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (28/8).
Liliek menjelaskan dalam tayangan hiburan yang demikian tadi tampak sekali identitas Tionghoa ditampilkan. Apalagi, tayangan-tayangan hiburan tersebut dibuat dan ditayangkan menjelang tahun baru Imlek. Khusus tayangan tentang Imlek ini, Liliek melihat ada sebuah politik yang mungkin dapat disebut sebagai politik Imlek.
“Politik Imlek tidak hanya menyangkut pada perdebatan tentang apakah itu merupakan festival agama atau budaya,”katanya.
Dari hasil penelitiannya ini terungkap bahwa orang Tionghoa melihat ketionghoaan di tayangan Imlek melalui simbol-simbol yang biasa mereka gunakan pada perayaan Imlek seperti lampion, angpao, kostum khas (jibao) yang semuanya berwarna merah.
Selain itu, seiring dengan semakin banyaknya budaya Tionghoa yang ditayangkan dan bisa dinikmati oleh publik, ada keinginan dari orang Tionghoa untuk mendapat kesetaraan dengan bukan orang Tionghoa yang hidup di Indonesia.
“Kenikmatan menonton acara ketionghoaan di televisi tidak hanya memberikan rasa ketionghoaan yang lebih kuat tetapi juga rasa keinginan untuk mendapat kebebasan dan pengakuan,”tegasnya.
Dalam disertasinya berjudul Resepsi Orang Tionghoa Terhadap Tayangan Ketionghoaan di Lima Stasiun Televisi Swasta, Liliek berkesimpulan bahwa dampak liberalisasi media tentang ketionghoaan yang telah hampir 33 tahun ditekan oleh pemerintahan Orba telah membuat mereka menyusun kembali memori mereka dan mendefinisikan kembali identitas mereka (Humas UGM/Satria)