Indonesia merupakan negara yang rawan tsunami dan berada pada urutan pertama korban meninggal akibat tsunami. Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang tidak bisa diprediksi waktu dan tempat kejadiannya. Ini berarti bahwa tsunami dapat terjadi kapan saja dan dimana saja serta mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Beberapa teori perubahan perilaku yang memiliki kredibilitas ilmiah diterapkan untuk melihat efektivitasnya dalam mempengaruhi kesiapan individu menghadapi bencana alam, seperti teori sosial kognitif dan teori perilaku terencana.
“Kesiapsiagaan tidak hanya di tingkat rumah tangga tetapi juga tingkat masyarakat,”papar Any Nurhayati pada ujian terbuka program Pendidikan Doktor, Fakultas Psikologi UGM, Selasa (1/9).
Dosen di Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Lampung itu menegaskan adanya pengembangan model kesiapsiagaan tsunami di negara dengan latar belakang budaya individualistik kota Kodiak di Alaska Amerika Serikat. Model kesiapsiagaan tsunami yang dikembangkan oleh Paton ini akan berbeda jika dikembangkan di Indonesia yang punya keterikatan kuat satu dengan lainnya.
“Rasa keterikatan dengan tempat tinggal dan lingkungan ini cerminan dari rasa kemasyarakatan masyarakat Indonesia. Ini bisa dilihat di masyarakat Parangtritis,”urainya.
Dalam disertasinya berjudul Model Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Tsunami Pada Masyarakat di Daerah Rawan Tsunami, Any menjelaskan rasa kemasyarakatan, partisipasi masyarakat, dan efikasi kolektif memiliki kontribusi yang sangat signifikan pada pemberdayaan dalam model kesiapsiagaan terhadap tsunami di budaya kolektif yang tingkat ketergantungannya tinggi jika dibandingkan dengan model kesiapsiagaan terhadap tsunami di budaya individualistik yang tingkat ketergantungannya rendah.
“Ini menunjukkan bahwa masyarakat pada budaya kolektif perlu diberdayakan untuk menjadi percaya dan berniat untuk bersiap-siap menghadapi bencana,”pungkasnya (Humas UGM/Satria)