Rektor UGM, Prof.Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., Gubernur Provinsi Gyeongsangbuk-Do Korea Selatan, Mr. Kim Kwan-Yong, dan Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan Pusat Studi Tri Sakti dan Saemaul Undong. Peresmian berlangsung Selasa (1/9) di Fakultas Filsafat UGM.
Pusat studi Tri Sakti dan Saemaul Undong diinisasi oleh Fakultas Filsafat, Fakultas ISIPOL, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Kehutanan UGM bekerjasama dengan Pemerintah KOrea Selatan. Pusat studi ini ditujukan sebagai wadah para peneliti dan mahasiswa untuk melakukan berbagai kajian dalam rangka mendukung dan meningkatkan pembangunan kapasitas masyarakat pedesaan.
Rektor UGM mengatakan bahwa terdapat sejumlah persamaan antara Indonesia dan Korea Selatan. Salah satunya adanya semangat gotong royong dengan semangat social enterpreneurship dalam gerakan Saemaul Undong di Korea Selatan dengan nilai-nilai Tri Sakti di Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan politik, ekonomi, dan budaya bangsa. “Harmonisasi keduanya jika dikembangkan lebih lanjut melalui kajian-kajian di masyarakat, hasilnya diharapkan mampu menggerakkan masyarakat desa sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan warga desa,”terangnya.
Dwikorita menyampaikan Indonesia patut mencontoh prinsip pembangunan di Korea Selatan berbasis Saemaul Undong dengan membangun bangsa dari pedesaan. Desa-desa miskin di pinggiran dan pelosok didorong untuk mengembangkan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan pertanian dan industri. “Sama dengan di Korea Indonesia juga harus membangun dari pinggiran dan tentunya konsisten dalam mencapai impian agar bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya dalam bidang ekonomi, politik, maupun budayanya,”terangnya.
Gubernur Provinsi Gyeongsangbuk-Do Korea Selatan mengatakan didirikannya Pusat Studi Tri Sakti dan Saemaul Undong oleh UGM dan Gyeongsngbuk DO sangat berarti dalam hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan. Ia berharap melalui pusat kajian ini akan banyak tercipta kajian akademis yang berkualitas terkait Tri Sakti dan Saemaul Undong. “Kami mengucapkan terima kasih ke UGM bersedia menggerakkan masyarakat pedesaan secara bersama-sama,”tuturnya.
Semangat Saemaul Undong menitikberatkan pada prinsip ketekunan, swadaya, dan kerjasama yang berhasil membawa Korea Selatan seperti saat ini. Sebelum adanya gerakan tersebut, Korea Selatan merupakan negara paling miskin di dunia, terlebih di masyarakat di pelosok desanya. “ Kini Korea Selatan bisa menjadi negara yang berhasil mengatasi kemiskinannya dengan menjadikan semangat Saemaul Undong sebagai pondasi dalam pembangunan ekonomi,”ungkapnya.
Menurutnya Indonesia juga memiliki semangat gotong-royong dengan prinsip serupa dengan Saemaul Undong. Ia meyakini Indonesia nantinya bisa berkembang sebagai negara yang luar bisa apabila seluruh penduduknya mau saling bekerjasama dalam pembangunan. “Saemaul Undong adalah gerakan yang harus dilakukan untuk mendukung pembangunan bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya,”tegasnya.
Sementara Gubernur DIY menyampaikan ucapan selamat atas terbentuknya pusat studi baru di UGM ini. Pihaknya berharap bisa ikut berpartisipasi didalamnya dan kehadiran pusat studi ini bisa mendatangkan manfaat tidak hanya bagi masyarakat Yogyakarta tetapi seluruh masyarakat Indonesia. “Kami berharap pusat studi bisa tumbuh dan berkembang serta membawa manfaat bagi seluruh masyarakat,”harapnya.
Lebih lanjut disampaikan Sri Sultan HB X, terbentuknya pusat studi ini menjadi sebuah peristiwa penting sebagai tindak lanjut dari program sister province yang telah dilakukan di 2 desa Kabupaten Gunungkidul dan 1 desa di Kabupaten Bantul. Program serupa juga telah dilakukan UGM di Kabupaten Kulon Progo dan Pemkot Yogyakarta dengan program Segoro Amartonya. (Humas UGM/Ika)