Dalam rangka peringatan sister-city antara Jogja-Kyoto yang sudah terbentuk selama 30 tahun, digelar kegiatan Jogja-Japan Week (JJW) di gedung Grha Sabha Pramana. Jogja-Japan Week berlangsung selama empat hari, tanggal 3-6 September 2015.
Kegiatan JJW 2015 diawali dengan kirab budaya. Kirab diikuti bergodo prajurit Ganggang Samudra dari Langenastran, cosplayer, serta grup Taiko asal Indonesia yang telah memiliki prestasi internasional dan Umaku Eisa Shinka Indonesia.
“Jogja-Japan Week merupakan acara dua tahunan sebagai wujud apresiasi masyarakat Jogja terhadap jalinan hubungan kerjasama dengan masyarakat Jepang yang telah terbina 30 tahun,” kata Fitriani Kuroda, Ketua Panitia, di Grha Sabha Pramana, Kamis (3/9) saat pembukaan.
Selain seremonial, JJW menggelar berbagai workshop yang dapat diikuti masyarakat umum. Diantaranya workshop Cha no Yu atau tata cara minum teh ala Jepang hasil kerjasama PT. Pagilaran dan UTY.
Digelar pula workshop pewarnaan alam indigo oleh master dr. Kyoto Nakanishi Hidenori dan workshop membatik untuk anak-anak sekolah. Disamping itu, diadakan pula pemutaran film dan festival Wii Game dan PS.
Menurut Fitriani, beragam budaya Jepang yang ditampilkan diharapkan dapat memperkaya pengetahuan lintas budaya bagi masyarakat Yogyakarta. Meski begitu, menurutnya, pelajaran terbaik adalah bagaimana kebudayaan-kebudayaan tersebut tetap bertahan ditengah pesatnya kemajuan teknologi yang dialami Jepang.
“Hal itu tentu saja dapat dijadikan neraca pembanding dan ruang refleksi bagi masyarakat Yogyakarta, apakah telah cukup teguh memegang budaya tradisi sendiri,” tuturnya.
Direktur Penerangan dan Budaya Kedutaan Besar Jepang, Takeyama Kenichi menambahkan peringatan 30 tahun kota kembar dan penyelenggaraan Jogja Japan Week menunjukkan sejarah panjang kerja sama yang erat antara Indonesia dan Jepang, khususnya Kyoto dan Jogja. Ia pun memberi apresiasi pada masyarakat Jogja yang telah sudi berkumpul di GSP untuk menikmati kegiatan ini.
“Hal tersebut menambah keyakinan diri saya, bahwa hubungan antar manusia di kedua negara akan terus berkembang, yang menambah semangat untuk bekerja lebih keras dan lebih baik,” ujar Takeyama Kenichi mewakili Duta Besar Jepang untuk Indonesia.
Menyitir data Pusat kebudayaan Jepang di Jakarta, kata Takeyama, hingga kini lebih dari 870 ribu masyarakat Indonesia mempelajari Bahasa Jepang dan kebudayaan Jepang. Demikian pula sebaliknya, banyak warga Jepang yang mempelajari bahasa dan kebudayaan Indonesia.
“Tidak hanya di kota-kota besar seperti di Jogjakarta atau Jakarta, tapi di pelosok Indonesia. Hari ini sekali lagi menunjukkan minat bangsa Inonesia akan kebudayaan Jepang semakin tinggi. Saya semakin yakin dengan acara pertukaran kebudayaan semacam ini dapat memberi sumbangan besar untuk peningkatan saling pengertian di antara masyarakat dan negara,” harapnya.
Hal senada disampaikan Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni, Dr. Paripurna, S.H., M.Hum., LL.M. Dikatakannya di tengah modernitas Jepang dengan kemajuan di bidang ekonomi dan industri, Jepang tetap mempertahankan kebudayaan sebagai pilar kekuatan.
“Dalam kekuatan kebudayaan, kebudayaan menjadi nafas dalam ekonomi dan pembangunan, seperti halnya di kota Jogja,” katanya.
JJW juga diisi dengan seminar “Youth in Action, making Indonesia WOW ” oleh guru marketing Indonesia, Hermawan Kertajaya. Diadakan pula pameran dan lomba-lomba, diantaranya lomba kaligrafi Jawa, workshop kerajinan Oshie, menggambar komik, workshop Ikebana, dan lomba karaoke Jawa dan Indonesia. (Humas UGM/ Agung)