Prof. dr. Soepomo Soekardono, Sp. THT-KL(K) pada hari ini, Selasa 6 Desember 2005 bertempat di Balai Senat mengucapkan Pidato Pengukuhan selaku Guru Besar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok pada Fakultas Kedokteran UGM.
Dalam pidato berjudul “Rinosinusitis Kronis Ditinjau Dari Pengobatan Modern dan Tradisional Di Indonesia Khususnya Di Yogyakarta†Prof. Soedomo mengatakan bahwa di Indonesia khususnya Yogyakarta ramai dengan pengobatan alternative dan tradisional untuk berbagai macam penyakit jasmani dan rohani. Satu diantaranya yang sedang ramai dikunjungi masyarakat atau bahkan para selebritis (penyanyi lagu Pop atau Dangdut), peserta Tilawatil, para pejabat sipil atau militer, pesinden yang ingin menjernihkan suaranya atau menyembuhkan penyakit hidung dan tenggorok dengan apa yang disebut Gurah.
Guru besar kelahiran Magetan, 27 Juli 1940 ini mengemukakan, Gurah dalam bahasa Jawa berarti membersihkan dan yang dibersihkan adalah hidung dan tenggorok. Cara gurah ini pertama kali diperkenalkan oleh Marzuki tahun 1900 di Giriloyo, Wukirsari, Imogiri Bantul. Menurut Kiai Hisyam dari Imogiri Bantul, bahan yang dipakai untuk pengobatan gurah tersebut adalah akar pohon srigunggu yang basah lalu dikeringkan selanjutnya digilas sampai keluar busa, kemudian disaring dengan kain bersih sampai cairan yang diperoleh jernih lalu ditambah dengan air masak. “Cara pengobatan dengan tanaman srigunggu selain digunakan akar, juga digunakan daun dan batangnya untuk dibuat ekstrak atau kapsul untuk diminumâ€, ungkap Prof. Soedomo.
Menurut Ketua Program Spesialis Ilmu Kesehatan THT-KL UGM, gurah membuktikan dengan jelas mengurangi keluarnya ingus dan frekuensi bersin pada hari kedua setelah digurah, sedangkan pada hari kesepuluh mulai berkurang efeknya. “Penelitian pada rhinitis khronis dengan memakai gurah, menunjukkan bahwa sesudah digurah transport mukosilia melambat disbanding sebelum digurah dari hari kedua sampai hari kesepuluh, yang berarti sebenarnya merugikanâ€, ujar Prof. Soedomo..
Penelitian terhadap pemakaian gurah tersebut, lanjut Prof. Soedomo, untuk menilai (evaluasi) pengaruh gurah terhadap simtom dan gejala rhinitis (rinosinusitis) kronis yang menunjukkan adanya pengurangan simtom dan gejala antara lain banyaknya ingus, frekuensi bersin dan keluhan tersumbat. “Akan tetapi pada penelitian tersebut dijumpai beberapa komplikasi antara lain tuber kataralis, otitis media, rinosinusitis akut berat, tonsilofa-ringitis akut dan peritonsilitis akut,†terang ayah dua putra ini..
Dari pidatonya tersebut, Ketua Pania Audit Medik RS. Dr. Sardjito ini menjelaskan sementara ini dapat dikatakan bahwa gurah dapat mengatasi keluhan, gejala dan penyebab rinosinusitis kronis. “Tetapi masih diperlukan pemurnian kandungan zat berkhasiat di dalam tanaman srigunggu dan diuji klinis maupun eksperimental dengan mengikuti kaidah Ilmu Farmasi dan Ilmu Kedokteranâ€, tukas suami dari dr. Retno Hastuti ini..
“Penyakit rinitis atau rinosinusitis kronis, merupakan penyakit yang perlu diperhatikan dan diatasi dengan seksama mengingat komplikasinya, sulit menyembuhkannya dan memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu, penanganannya sebaiknya ditinjau dari aspek pengobatan modern dan tradisional dengan mengingat batasan-batasannya masing-masingâ€, ujar Penasehat Pengurus IDI Cabang Sleman DIY ini. (Humas UGM)