YOGYAKARTA – Menjelang hari lebaran Idul Adha, banyak masyarakat muslim yang melakukan ibadah kurban. Meski begitu, proses penyembelihan hewan kurban selain diharuskan sesuai dengan syariat islam namun hendaknya memperhatikan kesejahteraan hewan. Dengan kesejahteraan hewan yang terpenuhi, daging yang diperoleh tetap halal, sehat serta higienis. “Ternak itu harus juga dimuliakan, sehingga daging yang diperoleh lebih halal dan menyehatkan,” kata Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus dalam acara pelatihan penyembelihan hewan secara syar’i dan penanganan daging kurban yang higienis yang berlangsung di ruang auditorium Fakultas Peternakan UGM, Rabu (16/9).
Ali Agus mengatakan proses perawatan dan penyembelihan ternak tidak boleh sembarang. Penyembelihan hewan kurban menurutnya harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntunan syariat islam. Oleh karena itu, kata Ali Agus, pihaknya untuk pertama kali mengudang 500 panitia kurban dari berbagai masjid di DIY dan Jawa Tengah untuk mengikuti pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari.
Kegiatan pelatihan ini, menurut Ali Agus, bertujuan untuk memberi tambahan wawasan bagi pengurus masjid dan panitia kurban untuk mengetahui proses penyembelihan hewan secara syar’i dan penanganan daging kurban yang higienis. Menurutnya tidak sedikit proses penyembelihan hewan yang kurang memperhatikan kesejahteraan hewan. Bahkan Ali Agus mengakau ia sering menemukan di lapangan banyak hewan yang tidak diperlakukan dengan baik dan saat penyembelihan, darah hewan tercecer dimana-mana. “Kadang sembelih hewan waton wani, kita semua mengantisipasi agar hewan yang disembelih harus halal dan sehat,” katanya.
Kegiatan pelatihan semacam ini kata Ali Agus sebagai bentuk komitmen Fakultas Peternakan untuk memperhatikan pentingnya jaminan halal pada berbagai produk peternakan. “Soalnya yang berkaitan dengan masalah haram adalah semua produk peternakan seperti darah, daging babi dan cara penyembelihan,” katanya.
Ia menegaskan pihaknya dalam waktu dekat juga berencana mendirikan Pusat Kajian Halal. Hal ini untuk mendukung upaya yang sudah dilakukan oleh Fakultas salah satunya mengirim tenaga ahli untuk audit produk halal di LPPOM MUI. “Kami memandang pangan halal dan sehat ke depan semakin berkembang, jika tidak melibatkan diri maka kita akan tertinggal,” katanya.
Peneliti produk halal dari Fakultas Peternakan UGM Dr. Nanung Danar Dono, mengatakan proses penyembelihan hewan secara benar adalah memotong 3 saluran pada leher bagian depan atau tepatnya dibawah jakun, yakni saluran nafas, saluran makanan dan pembuluh darah arteri karotis dan vena jugularis. Namun sebelum ternak benar-benar mati dilarang menusuk jantungnya, menguliti, memotong kaki dan memotong ekornya. “Cara mengecek bila sudah mati, cukup melihat reflek mata, reflek ekor dan reflek kuku. Apakah masih berkedip atau tidak atau reflek ekor bergeser atau tidak saat dipegang,” katanya.
Sebelum proses penyembelihan, Danar Dono mengatakan kondisi ternak yang harus diperhatikan adalah mengistirahatkan ternak sebelum disembelih. Ternak yang mengalami stres karena kekelahan atau takut akan mengakibatkan kualitas daging menjadi turun. ”Rasa dagingnya bisa menjadi kecut dan alot,” tukasnya.
Yang tidak kalah penting, tambahnya, ternak juga harus dipuasakan selama 12 jam agar ternak tidak beringas saat akan disembelih dan penanganan lebih mudah. “Di samping itu, dengan mempuasakan akan mengurangi isi rumen (perut),” terangnya.
Mardomo, 35 tahun, salah satu panitia kurban asal Banguntapan Bantul, mengaku sengaja mengikuti pelatihan untuk mengetahui lebih jauh proses penyembelihan kurban yang sesuai dengan syariat islam dan ilmiah. “Kalo ada yang lebih ilmiah lebih bagus, selama ini tahunya hanya lewat pengajian biasa,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)