
Prof.Dr. Ida Rochani Adi, S.U., dosen Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalm ilmu budaya pengkajian Amerika, Senin (28/9) di Balai Senat UGM. Dalam upacara pengukuhan tersebut mantan Dekan FIB UGM ini menyampaikan tentang pendefinisian kembali pengkajian Amerika dalam konteks globalisasi.
Ida menuturkan bahwa pengkajian Amerika sebagai disiplin ilmu di awal pembentukannya pada awal abad ke-20 secara akademis dianggap sebagai paradigma baru dalam mempelajari kebudayaan Amerika. Peranan signifikan dalam mempelajari kebudayaan Amerika dipicu adanya perkembangan yang cukup pesat dari Amerika Serikat sebagai negara baru sejak kemerdekaannya di tahun 1776. “Sejumlah pengalaman di “dunia baru” yang dialami orang Amerika yang terefleksikan dalam karya sastra dan pemikiran orang Amerika menjadi dasar pemikiran dalam menganalisis dan mempelajari nilai-nilai masyarakat Amerika,”paparnya.
Pada awalnya, dikatakan Ida, studi dalam American Studies terkait dengan karya-karya yang menganalisis, menggambarkan orang dan kebudayaan Amerika dari dalam. Misalnya Frederidk Jackson Turner dalam The Significance of the Frontier in American History dan Henry Nash Smith dengan The Virgin Land. Karya yang mengeksplorasi dan mengobservasi citra, simbol, dan mitos Amerika dalam membentuk serta menyusun latar belakang kebudayaan Amerika. “Awal kemunculan pengkajian Amerika merupakan jawaban tentang fenomena kebudayaan Amerika yang sangat kental dengan konsep-konsep bahwa Amerika adalah negara yang eksklusif,”terangnya.
Lebih lanjut disampaikan Ida, fenomena dominasi Amerika Serikat di dunia, globalisasi serta perkembangan pemikiran sosial dan budaya yang mewarnai perkembangan pemikiran dunia akademik menjadi pemicu adanya perubahan dalam pengkajian Amerika. Perkembangan American Studies sebagai bidang keilmuan sejak tahun 1930-an hingga 1980-an telah mengalami perubahan drastis. Adanya nasionalisme moderen Amerika, kemunculan kesadaran akan etnis dan identitas budaya mengharuskan pengkajian Amerika merefleksikan diri dalam mempelajari kebudayaan Amerika. “Hasilnya di tahun 1990-an muncul aliran baru dalam American Studies yaitu New American Studies atau Transnasionalism American Studies,”katanya.
Transnasionalisme dalam American Studies merupakan imbas dari peran Amerika yang sangat kuat dalam konteks global. Selain itu juga didorong dengan penyebaran wacana globalisasi yang menunjukkan adanya pertukaran informasi yang tak kenal batas serta mobilitas yang pesat. “Dengan mempertimbangkan pentingnya pengaruh Amerika di era globalisasi, New American Studies ini mencoba mengelaborasikan dengan beberapa disiplin ilmu yang sebelumnya telah mengulas pengaruh penjajahan terhadap bangsa yang tertindas,”jelasnya.
Menurutnya, pendefinisaian ulang kebudayaan Amerika yang menjadi perhatian Americanist merupakan tinjauan ulang dalam menganalisis konsep yang sudah tertanam mengenai being american dan the other. Sebelum muncul New American Studies, penelitian-penelitian dalam pengkajian Amerika hanya mencakup studi Amerika saja yaitu masyarakat dan budaya Amerika. Namun sejak munculnya New American Studies cakupan penelitian-penelitian dalam pengakjian Amerika menjadi lebih luas dan bersifat transnasional. (Humas UGM/Ika)