Pengambilan air tanah yang tidak terkendali dapat menimbulkan berbagai akibat pada lingkungan, seperti penurunan muka air tanah, intrusi air laut, dan bahkan penurunan muka tanah (land subsidence). Karena itu, pengambilan air tanah tidak boleh melebihi hasil amannya (safe yield), yaitu suatu ukuran yang menunjukkan sejumlah air tanah yang dapat diambil dari suatu Cekungan Air Tanah (CAT) tanpa mengganggu kondisi akuifernya.
Menurut Prof. Dr. Ig. L. Setyawan Purnama, M.Si, adanya anggapan bahwa pengambilan air tanah tetap aman apabila jumlahnya tidak melebihi besarnya pengisian, itu tidak benar. Karena sebagian dari jumlah pengisian air tanah pada akuifer akan hilang dengan berbagai cara.
“Untuk itu, aspek hasil aman menjadi hal yang penting dalam mekanisme pengambilan air tanah,” katanya di Balai Senat UGM, Selasa (29/8).
Dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Geografi UGM dengan pidato berjudul “Peranan Geohidrologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air”, Setyawan Purnama mengungkapkan bukan suatu yang mengejutkan jika sebagian besar manusia menggunakan air tanah sebagai sumber air kehidupan sehari-hari. Alasan paling utama adalah air ini lebih jernih atau lebih baik kualitasnya dibanding air sungai ataupun air hujan.
Ketersediaan air tanah juga lebih berkesinambungan, tidak seperti air hujan yang sangat tergantung musim. Dengan mengesampingkan es di kutub, dari semua jenis air tawar di bumi jumlah air tanah lebih banyak daripada jenis air lainnya, seperti air sungai ataupun air di danau.
“Boleh dikatakan, 97 persen air tawar adalah air tanah, 3 persen lainnya terdapat di waduk, danau, sungai dan uap air di udara,” ungkapnya.
Sebagai ilmu yang mempelajari air tanah, kata Setyawan, hidrologi atau yang lazim disebut geohidrologi telah mengalami perkembangan. Perkembangan geohidrologi saat ini tidak hanya terbatas pada konsep, teori, dan permodelan, namun juga dalam metode pencarian dan pengeboran air tanah.
Meskipun adanya air tanah di dalam bumi tidak dapat dilihat dari permukaan tanah, keberadaan, potensi dan karakteristiknya di suatu daerah dapat diduga dengan mengaplikasikan metode penyelidikan air tanah. Salah satu metode pencarian air tanah ialah metode Water Witching atau Dowsing.
Dalam pidatonya, Setyawan pun mengakui geohidrologi bukanlah suatu ilmu yang dapat berdiri sendiri. Ada beberapa ilmu yang sangat berperan dalam perkembangan dan penerapan geohidrologi, seperti geologi, geomorfologi, fisika, kimia, dan matematika. (Humas UGM/ Agung)