Head of Public Policy and Government Relations, Google Indonesia, Shinto Nugroho menyebutkan lebih dari 50 persen populasi masyarakat Indonesia merupakan generasi digital native. Memiliki karakteristik suka mencoba berbagai hal baru sehingga berpotensi sebagai konsumen. “Karakter masyarakat kita itu penasaran, suka mencoba hal baru dan cenderung sebagai user. Namun begitu penting untuk menciptakan creater-creater baru karena ada potensi kesana,” katanya dalam Innovative Talk: Digital Ecosystem For Social Change di Grha Sabha Pramana UGM, Selasa (29/9).
Shinto mengatakan generasi muda saat ini cukup kreatif dan memiliki banyak ide pengembangan bisnis dalam berbagai bidang. Hanya saja pengembangan ide spektakuler saja belum cukup, tetapi perlu berabung dalam komunitas untuk bertukar pikiran. Dengan demikian pengembangan start up bisnis mereka bisa terwujud dan menimbulkan dampak sosial yang bermanfaat bagi masyarakat luas. “Kami memiliki Google Developer Group (GDG) yang dibuat untuk menampung pengembangan start up bisnis masyarakat Indonesia. Bagi yang memiliki ketertarikan mengembangkan ide bisnis bisa bergabung disini,”ajaknya.
Dr. Hargo Utomo, M.B.A., Direktur Pengembangan Usaha & Inkubasi Universitas Gadjah Mada menuturkan bahwa inovasi menjadi kata kunci bagi seseorang untuk menjadi bagian dari bangsa yang produktif. Hal tersebut dilakukan melalui pengembangan diri, pengayaan pengatahuan untuk menciptakan nilai tambah. “Daya tanggap terhadap fenomena “big data” ini menjadi modal dasar pengembangan inovasi,” jelasnya.
Dalam upaya pengembangan inovasi, lanjutnya, kolaborasi kegiatan inovatif penting dilakukan. Hal tersebut dilaksanakan dengan melibatkan berbagai bidang keilmuan yang dapat menjadi sumber kekuatan untuk berkreasi.
Ditambahkan Hargo, saat ini UGM gencar mendorong mahasiswa untuk tidak hanya aktif menjalani kegiatan perkuliahan saja. Mahaiswa juga didorong untuk menjadi wirausaha muda yang mampu memberikan kontribusi dalam penciptaan nilai tambah di masyarakat. “Karenanya kerangka yang dibangun UGM mendorong inovasi pengembangan produk yang nantinya bisa menjadi bisnis untuk dikembangkan dan diaplikasikan di masyarakat,” jelasnya.
Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D., Kasubdit Inkubasi Direktorat Pengembangan Usaha & Inkubasi Universitas Gadjah Mada dalam kesempatan itu menghimbau mahasiswa untuk turut menjadi agen perubahan sosial bangsa. Berkontribusi memberikan solusi atas berbagai persoalan di masyarakat salah satunya mengembangkan bisnis yang inovatif.
Ia pun mengajak para mahasiswa yang tertarik menjadi mahasiswa wirausaha untuk turut bergabung dalam program innovative academy UGM. Program yang telah dijalankan sejak tahun 2014 lalu tersebut bisa menjadi wadah bagi mahasiswa untuk berinteraksi, bersinergi, dan berkolaborasi dalam pengembangan bisnis. “Dalam program ini akan diberikan pelatihan dan juga mentoring dari dosen dan industri,” jelasnya.
Kompiang menyebutkan pelatihan dan pendampingan diberikan kepada kelompok mahasiswa yang lolos dalam sejumlah seleksi program innovative academy. Pendampingan akan diberikan selama 17 minggu. “Setiap minggunya praktisi bisnis hadir di UGM untuk memberikan pendampingan,” ujarnya.
Program innovative academy banyak diikuti oleh mahasiswa UGM, bahkan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dalam program innovative academy 2014 diikuti sebanyak 171 kelompok mahasiswa dan terpilih tiga tim yang mendapatkan pelatihan dan pengembangan start up bisnis. Selanjutnya pada tahun 2015 jumlah pendaftar program ini meningkat hingga 202 pendaftar dan terpilih 9 tim yang memperoleh pelatihan dan mentoring. “Harapannya tahun 2016 bisa diikuti lebih banyak lagi mahasiswa, pendaftaran akan dibuka pada bulan November mendatang terbuka untuk seluruh mahasiswa dan alumni UGM,” tuturnya. (Humas UGM/Ika)