Pengembangan tanaman pakan lebah madu perlu segera dilakukan. Pasalnya, sumber pakan lebah berupa tanaman penghasil nektar keberadaannya semakin berkurang dari tahun ketahun. Hal tersebut mengemuka dalam kongres pertama Masyarakat Perlebahan Indonesia yang digelar di Grha Sabha Pramana UGM, Jum’at (2/10).
Ketersediaan tanaman lebah merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha perlebahan. Sayangnya, hingga saat ini upaya budidaya tanaman pakan lebah seperti kapuk randu tidak banyak dilakukan. Hal ini dikarenakan penanaman pohon kapuk randu kurang memberikan nilai ekonomis bagi petani.
“Tanaman kapuk randu yang bunganya potensial untuk pakan lebah populasinya menurun. Tidak banyak yang mau menanam karena tidak bernilai tinggi,”ungkap Ketua Perkumpulan Perlebahan Jawa Tengah, Hengki Febriyanto.
Melihat kondisi tersebut, Hengki berpendapat pemerintah perlu membantu peternak dalam penyediaan pakan lebah ini. Salah satunya melalui pengembangan tanaman pakan di kawasan hutan.
Sementara itu Ketua Masyarakat Perlebahan Indonesia, Prof.Dr. Ali Agus menyampaikan bahwa pengembangan lebah madu secara intensif sangat diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan madu nasional. Selama ini kebutuhan madu masih dipenuhi dari impor. Hal tersebut juga perlu dibarengi dengan pengembangan tanaman pakan lebah serta perawatan tanaman yang sudah ada. Dengan begitu dapat meningkatkan produksi madu dengan kualitas tinggi di Indonesia.
Ali Agus menuturkan usaha perlebahan Indonesia belum maju dikarenakan masih ada salah pengertian dimasyarakat terkait usaha ternak lebah. Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa lebah merupakan hewan pengganggu dan perusak tanaman.
“Saat akan panen, justru lebah diusir petani karena dianggap mengganggu. Padahal justru membantu penyerbukan tanpa meninggalkan hama seperti halnya serangga yang meninggalkan ulat penganggu,” kata Dekan Fakultas Peternakan UGM ini.
Disamping itu, semakin berkurangnya luasan lahan tanaman penghasil bunga untuk pakan lebah sangat mempengaruhi produksi madu nasional. Maka, tidak mengherankan apabila saat ini Indonesia harus mengimpor madu untuk memenuhi kebutuhan madu nasional.
“Peternak lebah pun harus menghadapi kompetisi yang tajam dengan produk madu impor baik di segi kualitas maupun kuantitas. Kalau tidak mampu bersaing sangat mempengaruhi kesejahteraan peternak lebah,”terangnya.
Pemerhati perlebahan, Susilowati mengatakan saat ini belum ada upaya khusus yang dilakukan untuk mengatasi kelangkaan pakan lebah. Selama ini yang dilakukan hanya dengan menggembalakan lebah dari satu tempat ke tempat lain yang tersedia sumber pakan lebahnya.
“Lebah dari hutan randu Jawa Tengah di pindahkan ke kawasan hutan randu di Jawa Timur lalu di pindah ke kebun rambutan di Jawa Barat,” jelasnya.
Ia meyakini apabila dilakukan pengembangan tanaman pakan lebah dengan baik nantinya dapat meningkatkan produksi madu nasional. Ditambah lagi dengan madu yang bisa diperoleh dari kawasan hutan di luar Pulau Jawa. (Humas UGM/Ika)