Pusat Studi Asia Pasifik dan Ford Foundation pada hari Senin, 14 Februari 2005 mengadakan Peluncuran Program Beastudi Kajian Antarbudaya/ Antarregional di Gedung University Centre (UC) UGM.
Hadir dalam acara tersebut Kepala Urusan International Affair UGM Daniar Rahmawati Natakusumah, S.H., LLM; Direktur Pusat Studi Asia Pasifik Prof. Dibyo Prabowo; Direktur Program Pascasarjana UGM Prof. Dr. Mulyadi, Apt; Program Officer Ford Foundation Philip Yampolsky; para Pengelola Program S2 di UGM; para Kepala Pusat -Pusat Studi di UGM dan para mahasiswa dari berbagai program studi.
Selain peluncuran program Beastudi, acara tersebut juga dihibur oleh kesenian “Tadulakota” dari Palu, Sulawesi Tengah dan Wayang Suket oleh Dalang Slamet Gundono dari Tegal, Jawa Tengah.
Dalam laporannya, Dr. PM Laksono selaku Koordinator Program Beastudi Kajian Antarbudaya/antarregional menyampaikan bahwa sejak tahun 2002, Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada menggagas sebuah program yang dapat menjadi landasan metodologi dan pengembangan kapasitas akademisi agar mampu menanggapi persoalan akibat keragaman budaya di negeri ini.
“Kira-kira bersamaan dengan saat terjadinya krisis persoalan tersebut, seringkali muncul melampaui kemampuan masyarakat kita untuk mengendalikannya. Maka kekerasan antar etnik/ daerah dan antar golongan merebak dimana-mana untuk memecahkan konflik,” ungkap Dr. PM Laksono.
Berkenaan dengan persoalan persoalan seperti ini, maka PSAP merintis bantuan dari Toyota Foundations untuk menyiapkan cetak biru dari program beastudi bagi mahasiswa S2 dan dosen yang berminat malakukan studi ke luar dari sarang budya dan disiplinnya sendiri. Hampir setiap minggu komunitas unit budaya dan bahsa PSAP rapat untuk menuntaskan cetak biru tersebut. Sekarang cetak biru tersebut siap dengan dukungan dana dari Ford Foundation.
Dr. PM Laksono mengemukakan, setelah memalui penilaian yang cukup ketat, tim memutuskan untuk menerima 8 orang mahasiswa. Adapun beastudi yang mereka terima mencakup SPP dan biaya penelitian. Bantuan diberikan selama 3 semester dan untuk sementara Pusat Studi Asia Pasifik UGM telah siap menyelenggarakan program ini untuk dua angkatan.
“Mahasiswa penerima beastudi pada angkatan 2005 ini berasal dari beragam program studi dan latar belakang budaya. Adapun tema penelitian yaitu: program studi Sosiologi bertema “Masyarakat Dayak dan Konservasi Hutan”; Antropologi “Ritual sebagai Praktek Sosial dan Konstruksi Budaya orang Sumba”; Arkeologi “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya”; Ilmu Hukum “Sikap Masyarakat Dayak terhadap Masyarakat Madura Pendatang Pasca konflik”; Antropologi “Mitos Asal-usul Masyarakat Nias”; Ilmu Hukum “Adat Merario (Kawin Lari) Masyarakat Sasak ditinjau dari Hukum Islam”; Ilmu Filsafat “Tarian Estatis dalam Tarekat Idrisiyyah di Pagendingan Tasikmalaya”; Ilmu Hukum “Pengaruh Konfigurasi Politik Budaya Lokal terhadap Peraturan Daerah Pemberantasan Maksiat”, tegas Dr. PM Laksono. (Humas UGM)