KENDARI - Universitas Gadjah Mada diharapkan tetap menanamkan rasa kebangsaan di kalangan mahasiswa. Sebab, sebagai perguruan tinggi pertama di Indonesia, UGM lahir dari semangat perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Bahkan, pada awal berdirinya UGM, Bung Karno dan Bung Hatta selalu menyampaikan pesan itu kepada mahasiswa ketika berkesempatan mengajar di UGM.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pengurus Daerah Kagama Sulawesi Tenggara, Drs. Ibrahim Pallatje, M.Si., saat bertemu dengan pimpinan universitas, fakultas, dosen serta mahasiswa UGM saat menghadiri Temu Alumni UGM di hotel Grand Clarion, Kendari, Selasa (6/10) malam. Hadir pada pertemuan itu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. dr. Iwan Dwi Prahasto, M.Med.Sc., Ph.D., Dekan Fakultas Teknik UGM Prof. Panut Mulyono dan beberapa pengurus Pengda Kagama Kendari.
Ibrahim bercerita dirinya merupakan lulusan UGM tahun 1967. Ia mulai kuliah sejak 1961. Setidaknya perlu waktu enam tahun bagi Ibrahim menyelesaikan kuliah di Fisipol UGM. Pada masa awal kuliah, Ibrahim sering mengikuti kuliah dari Presiden Soekarno. “Saya itu angkatan 60-an, Bung Karno dan Bung Hatta sering mengajar,” katanya.
Setiap mengajar, Ibrahim selalu ingat pesan Bung Karno agar para mahasiswa UGM kala itu mampu menjaga semangat kebangsaan, meskipun mereka berasal dari suku dan daerah yang berbeda. “Bung Karno sering berkata, hai kamu orang Sulawesi, orang Jawa, orang Batak, orang Bugis, bersatulah kamu,” kata Ibrahim meniru ucapan Sukarno.
Di mata Ibrahim, UGM saat ini tidak banyak berubah dari misi dan tujuan awal pendiriannya, yaitu tetap menjadi universitas nasional yang menerima mahasiswa dari berbagai daerah. Meskipun demikian, ia meminta UGM tetap menjaga semangat nilai-nilai kebangsaan. “Kita tergerus oleh keadaan dunia yang sudah berubah. Semua tatanan sosial bergeser, pertemanan bergeser, semangat kebangsaan yang ditanamkan Bung Karno dan Bung Hatta jangan sampai hilang,” pesannya.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. dr. Iwan Dwi Prahasto, M.Med.Sc., Ph.D., mengatakan UGM tetap memupuk semangat rasa kebangsaan mahasiswa. Salah satu yang dilakukan oleh UGM adalah menerima calon mahasiswa dari berbagi penjuru daerah untuk berkesempatan mengenyam kuliah di UGM. “Sekitar 47 persen mahasiswa UGM itu berasal dari luar DIY dan luar Jawa. Sedangkan alumni kita mencapai 256 ribu orang,” paparnya.
Iwan menambahkan UGM tidak hanya sebagai tempat untuk mengenyam pendidikan, tetapi terus berkomitmen untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk berkontribusi menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. “Tidak hanya berhenti pada pendidikan dan riset, tapi riset dihilirkan ke masyarakat. Beberapa paten sudah ada dan akan terus ditingkatkan. Produk riset terus kita kembangkan,” katanya.
Pada acara diskusi yang dipandu oleh Dr. Ahmad Agus Setiawan tersebut, salah satu anggota pengurus daerah Kagama Sulawesi Tenggara, Ketut Puspayoga, meminta agar pimpinan UGM menindaklanjuti hasil kerja sama UGM dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). “Kerja sama ini perlu segera dievaluasi dan ditindaklanjuti, apa saja yang belum direalisasi dan sudah dilakukan,” kata Asisten II Pemprov Sultra ini (Humas UGM/Gusti Grehenson;foto: Budi H)