
Kebakaran hutan dan lahan serta bencana asap yang diakibatkan oleh pembakaran lahan yang tidak terkendali saat ini diperkirakan merupakan yang terbesar dalam dua dekade terakhir. Bencana kali ini lebih besar dibandingkan kebakaran hutan yang diakibatkan oleh kekeringan akibat El Nino tahun 1997 silam. Data BMKG menyebutkan bahwa pada saat itu kekeringan melanda 3,9 juta hektar lahan pertanian dengan total kerugian 466 juta dollar AS. Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan terjadi pada 11,6 juta hektar dengan total kerugian 2,75 miliar dollar AS.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) sekaligus Ketua Magister Manajemen Bencana UGM, Prof. Dr. HA Sudibyakto, MS., menilai bencana kebakaran dan asap memang berdampak sangat besar bila dihitung secara ekonomi. Selain hutan dan lahan yang rusak, bencana ini juga menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat dengan berhentinya aktivitas ekonomi dan pendidikan.
Untuk menanggulangi bencana kebakaran hutan dan asap tersebut, Sudibyakto mengusulkan dibentuk sebuah lembaga super body yang bersifat ad-hoc untuk menangani permasalahan kebakaran lahan dan hutan sehingga dapat memberikan sanksi tegas. “Selama ini terdapat kelemahan koordinasi, ketidakjelasan kewenangan dan lemahnya pengawasan,” ungkap Sudibyakto kepada wartawan di Kampus UGM, Senin (19/10).
Menurut Sudibyakto pemerintah harus menetapkan dan menegakkan kerangka hukum yang tegas serta tata kelola hutan dan lahan yang baik. Sementara itu, pemerintah daerah harus lebih jeli dan bijaksana dalam memberikan izin penggunaan lahan, karena proses pemberian ijin berada di tingkat Bupati dan Gubernur. “Perizinan yang dikeluarkan harus sesuai dengan tata ruang atau standar daya tampung dan daya dukung lingkungan yang berlaku di daerah,” katanya.
Tidak hanya itu, pemerintah daerah diharapkan ikut terlibat dalam memberdayakan upaya-upaya berbasis komunitas untuk konservasi hutan dan lingkungan. Masyarakat bisa diberdayakan untuk membangun kanal-kanal penampung air di sekitar hutan, menanam dan melindungi spesies-spesies tanaman yang dapat menangkap air, serta ikut mengawasi perilaku perkebunan-perkebunan besar, dan mengadakan penjagaan api (Humas UGM/Gusti Grehenson)