YOGYAKARTA – Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM siap menjadi pusat budidaya ternak rusa di DIY. Menempati lahan di Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM yang berlokasi di Berbah, Sleman, saat ini sudah ada sekitar 40-an ekor rusa dari berbagai jenis rusa asli Indonesia yang rencanannya akan dikembangbiakkan populasinya hingga 200-an ekor. “Kita ingin menjadikan rusa sebagai potensi protein hewani selain yang sudah ada seperti dari sapi dan kambing,” kata Sekretaris PIAT UGM, Dr. Henry Yuliando saat ditemui pada pelatihan budidaya rusa di KP4 UGM, Kamis (22/10).
Menurut keterangan Henry, KP4 UGM memiliki tiga buah kandang untuk menampung sekitar 40-an ekor rusa jenis totol dan beberapa jenis rusa asli dari Indonesia, seperti rusa Bawean dan rusa Muncak keemasan. Untuk meningkatkan populasi rusa ini, kata Henry, pihaknya akan menggunakan teknologi inseminasi buatan agar rusa bisa diternakan dan upaya konservasi terus bisa dilakukan. “Apabila populasi mampu ditingkatkan, kedepan kita ingin KP4 bisa menjadi sentral pengembangan rusa di DIY bahkan di Indonesia,” katanya.
Beberapa jenis rusa asli Indonesia dibudidayakan dengan alasan konservasi agar spesies rusa asli tersebut tetap terus dipertahankan. Sementara rusa totol yang merupakan rusa asli dari India akan kembangbiakan agar bisa dijadikan sumber protein hewani. Apabila sudah berkembang pesat, katanya, masyarakat yang ingin menggeluti usaha budidaya ternak rusa bisa membeli bibit rusa dari KP4 UGM. “Salah satu keunggulan daging rusa itu selain rendah kolesterol, dagingnya lebih enak, proteinnya lebih tinggi,” katanya.
Peneliti rusa dari Universitas Mataram, Prof. Adji Santoso, mengatakan salah satu tantangan budidaya rusa asli di Indonesia adalah adanya aturan hukum bahwa rusa asli Indonesia itu dilindungi. Salah satu pilihan yang bisa dilakukan oleh masyarakat yang ingin beternak rusa adalah budidaya ternak rusa totol (Axis axis) yang merupkan rusa asal India. “Rusa jenis ini dilindungi oleh negara sehingga bisa dibudidayakan,” katanya.
Menurut alumni FKH UGM ini, rusa asli Indonesia seharusnya dikembangbiakkan denga melakukan kawin silang antar berbagai jenis rusa asli dari Indonesai. Selama ini yang dilakukan pemerintah hanya mempertahankan rusa yang sudah ada sehingga beberapa rusa melakukan inbreeding. Ia khawatir populasi rusa khas Indonesia akan punah. “Justru yang dilindungi sudah akan habis. Di Sumbawa itu, setengah jam saja, pemburu bisa bawa sepuluh rusa dengan cara menembak dan bawa anjing,” katanya.
Salah satu yang dilakukan oleh Adji selama puluhan tahun adalah mengumpulkan berbagai jenis sperma beku dari berbagai jenis rusa asli Indonesia. Apa yang dilakukannya ini bertujuan mempertahankan populasi rusa asli Indonesia agar tidak lekas punah. “Saya bawa sperma beku dari Mataram ke Kalimantan, supaya ada pertukaran genetik. Selama ini rusa dibiarkan kawin satu keluarga,” katanya.
Adji mengatakan ia menyambut baik ide dari UGM untuk membuka tempat sebagai pusat budidaya ternak rusa. Ia mengaku akan membantu mengirim sperma beku dari berbagai jenis rusa agar nanti bisa menghasilkan jenis rusa asli dari Indonesia yang lebih unggul dan tahan terhadap penyakit. “Pelihara rusa itu mudah, asal punya kandang, makannya dedaunan kering, yang penting tidak membuat ia stres dengan lingkungannya,” pungkasnya (Humas UGM/Gusti Grehenson)