Jurusan Teknik Elektro UGM pada hari Senin, 28 Februari 2005 mengadakan seminar sehari tentang kebijakan konservasi energi nasional dan sosialisasi penghematan energi listrik .
Seminar yang dilaksanakan di Gedung Pascasarjana Lantai V UGM ini, didasarkan pada realitas tingginya frekuensi pemadaman listrik secara bergilir. Hal ini terjadi akibat keterbatasan ketersediaan energi listrik oleh pembangkit PLN jika dibandingkan dengan pesatnya kebutuhan konsumen pribadi, menengah, bahkan skala industri. “Dampak pemadaman listrik selain menimbulkan ketidaknyamanan pelanggan juga mengakibatkan kerugian yang besar akibat macetnya mesin industri atau pabrik yang berkaitan dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Keterlambatan pertumbuhan pembangkit listrik ini diakibatkan oleh klaim kerugian yang dialami PT PLN (Persero) karena selisih biaya produksi listrik yang jauh melebihi harga listrik per- KWH yang dijual ke konsumen.
Sebagaimana dikatakan Muhammad Nur Rizal, ST., M.Eng selaku Ketua Panitia Seminar mengemukakan, di sektor kebijakan formal, pada tahun 2002 ditandai dengan disahkannya UU no 20 tahun 2002 tentang Kelistrikan. Semangat yang tersirat melalui UU ini adalah proses restrukturisasi yang memberi keleluasaan bagi swasta baru terlibat dalam kegiatan pembangkitan, transmisi dan distribusi. “Keleluasaan ini didasarkan pada dua hal yaitu, pertama, menginisiasi investasi di sisi pembangkitan karena lemahnya keuangan PLN dari krisis ekonomi hingga sekarang. Kedua, menciptakan kompetisi sehat yang berdampak pada peningkatan efisiensi dan unjuk kerja PLN agar mampu menyediakan energi listrik maksimal bagi pelanggan dan mereduksi kerugian akibat maraknya rekening tagihan fiktif hingga praktek KKN di tubuh PLN,” tutur pak Rizal.
Menurut pak Rizal, sayangnya proses restrukturisasi ini dimaknai masyarakat hanya pada rencana kanaikan tarif dasar listrik saja akibat pengurangan subsidi oleh negara. Protes keras masyarakat yang ditandai oleh maraknya gelombang demonstrasi untuk menentang rencana kanaikan ini menjadi wajar mengingat tidak hanya akan menambah beban pengeluaran keuangan rumah tangga saja. Namun, juga memberikan dampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok sehari-hari. “Kondisi ini tentu akan makin memperburuk perekonomian keluarga. Apalagi diperkuat oleh stigma masyarakat yang masih memandang “miring” BUMN karena praktik KKN dan isu kebocoran di segala ini,” ujar pak Rizal.
Berdasarkan kondisi tersebut, kata pak Rizal, maka dunia kampus harus mampu menangkap aspirasi masyarakat yang berkembang disamping mencoba menempatkan permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh PLN secara proporsional. “Melalui seminar yang membahas tentang sosialisasi hemat energi listrik dan telaah kritis kebijakan makro tentang konservasi energi nasional diharapkan masih menyisakan ruang dialog bagi PLN sebagai pihak penyedia listrik dan masyarakat di lain pihak yang diwakili oleh Pemda di DIY, Praktisi, LSM, Pers serta Dosen dan Mahasiswa di lingkungan UGM. Komunikasi dua pihak akan semakin menarik dan efektif setelah kami mendapatkan konfirmasi resmi dari pihak PLN di tingkat Pusat maupun perwakilan wilayah atau daerah baik yang bersedia turut hadir sebagai peserta maupun pembicara,” tegas pak Rizal.
Seminar menghadirkan pembicara antara lain: Dr. Ir. Aryono Abdul Kadir (PLN Pusat) “Kebijakan makro konservasi energi nasional”; General Manager PT PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta “Penghematan energi listrik”; Dr. Ir. Sasongko Pramonohadi (Dosen TE UGM) “Peran konservasi energi listrik”; Ir. T. Haryono, M.Sc (Dosen TE UGM) “Peluang pemanfaatan energi alternatif yang terbarukan”. (Humas UGM)