
Setidaknya 100 pakar dunia hadir dalam The 3rd International Conference on Nusantara Philoshopy di Kampus UGM. Pada konferensi yang berlangsung 10-11 November 2015 di University Club UGM ini diikuti peserta dari berbagai negara, seperti Aljazair, Belgia, dan Malaysia untuk mendiskusikan hasil penelitian tentang ilmu pengetahuan dan warisan budaya yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat Indonesia.
Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., mengatakan melalui konferensi ini akan dibahas dasar-dasar ilmu pengetahuan dari tradisi bangsa Indonesia. Salah satunya adalah terkait tardisi gotong-royong yang menjadi dasar pengembangan ilmu pengetahuan dalam memberikan solusi bagi berbagai permasalahan bangsa. Pasalnya, tradisi ini sudah semakin tergerus oleh arus globalisasi yang semakin kuat saat ini.
“Menghadapi globalisasi ini semestinya jangan sampai kehilangan akar tradisi bangsa. Karenanya, penting untuk mengembangkan pengetahuan yang tetap bercorak ke-Indonesia-an,” terangnya, Selasa (10/11) di sela-sela konferensi.
Menurut Mukhtasar globalisasi telah menimbulkan disorientasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Pengembangan keilmuan saat ini justru lebih banyak condong pada nilai-nilai dan tradisi Barat.
“Sangat memprihatinkan karena ilmu pengetahuan yang dikembangkan sudah semakin pragmatis,”ujarnya.
Kondisi tersebut membuat ilmu pengetahuan belum bisa secara maksimal membantu penyelesaian persoalan bangsa. Ilmu pengetahuan hanya menjadi instrumen penyelesaian persoalan bangsa jangka pendek. Selain itu, belum memperhatikan aspek keberlanjutan karena tidak memiliki landasan keilmuan yang kuat dan belum berpihak pada rakyat.
Untuk itu, dalam konferensi ini pihaknya berupaya memperkenalkan Ilmu Filsaat sebagai kerangka dasar pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dalam hal ini filsafat bangsa, Pancasila, dijadikan sebagai orientasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
“Fakultas Filsafat berkomitmen untuk berkontribusi dalam pengembangan ilmu di UGM berdasar pada nilai-nilai bangsa,” jelasnya.
Sementara itu salah satu panitia konferensi Abdul Rokhmat Sairah, M.Phil., menyampaikan dalam koneferensi ini akan dipresentasikan sebanyak 69 makalah terkait filsafat nusantara yang terbagi dalam delapan sub tema diskusi. Adapun sub tema diskusi tersebut meliputi ideologi, pancasila, nasionalisme; budaya dan media; globalisasi dan multikulturalisme, gender dan gerakan sosial; pariwisata budaya; industri, bisnis, dan ekologi; agama dan tradisi ritual; etika dan pendidikan; serta politik dan diplomasi.
Acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber seperti Rudy Corens, Kurator Museum Anak Kong Tangga, Prof. Mat Rofa Ismail, Universitas Petra Malaya, dan Dr. Abdelaziz Abacci, Islamic Collage. (Humas UGM/Ika)