• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Promosi Doktor
  • Kebudayaan Mempengaruhi Penamaan Warna Kelompok Masyarakat Tertentu

Kebudayaan Mempengaruhi Penamaan Warna Kelompok Masyarakat Tertentu

  • 11 November 2015, 15:17 WIB
  • Oleh: Ika
  • 6107
  • PDF Version
Kebudayaan Pengaruhi Penamaan Warna Kelompok Masyarakat Tertentu

Siapa yang tidak tahu warna merah, kuning, dan biru? Tiga warna tersebut dikenal masyarakat luas sebagai warna primer dan masih terdapat jutaan warna lain di dunia ini. Namun, tahukah Anda jika jumlah kosakata warna yang dikenal oleh setiap kelompok masyarakat berbeda-beda?

Xu Yunyu, dosen Universitas Bahasa Asing Tianjin, Republik Rakyat Tiongkok menyebutkan terjadinya perbedaan kosakata warna tersebut terjadi karena setiap bahasa mengenal istilah warna yang berbeda. Misalnya, dalam bahasa Inggris mengenal 11 istilah warna dasar, yakni black, white, red, green, yellow, blue, brown, purple, pink, orange, dan grey. Sementara itu, bahasa suku Dhani di Papua hanya mengenal konsep hitam dan putih atau terang dan gelap.

“Tidak hanya jumlah istilah warna dan cara pengklasifikasian yang dikenal berbagai kelompok masyarakat dunia, tetapi makna warna dan cara penggunaan warna pun terdapat perbedaan diantara kelompok masyarakat tertentu,” paparnya, Rabu (11/11) saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Meneliti warna dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia, Yunyu menemukan bahwa dalam bahasa Mandarin terdapat delapan warna dasar, yaitu bái (putih), h?i (hitam), hong (merah), huáng (kuning), lu (hijau), lán (biru), z? (ungu), hu? (abu-abu). Sementara di Indonesia mempunyai enam warna dasar, yaitu putih, hitam, merah, kuning, hijau, dan biru.

“Ada beberapa warna yang sedang berkembang menjadi warna dasar, yaitu hè (cokelat) dalam bahasa Mandarin dan warna ungu dan abu-abu dalam bahasa Indonesia,” urainya.

Mempertahankan disertasi berjudul “Warna dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Indoensia: Sebuah Kajian Linguistik Antropologis”, Yunyu menyebutkan bahwa urutan warna dasar secara garis besar sesuai dengan teori urutan warna universal Berlin dan Kay, tetapi tidak mutlak, terutama pada warna biru. Selain itu,  terdapat banyak makna konotasi warna pada setiap warna dasar kedua bahasa tersebut. Misalnya, suatu warna memiliki dua makna yang saling bertentangan seperti baik dan tidak baik.

Lebih lanjut disanpaikan Yunyun, terdapat banyak faktor yang menyebabkan perbedaan warna dasar dan warna turunan antara bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia, seperti adanya sesuatu yang universal dalam diri manusia sehingga warna terlihat dalam mata sama. Disamping itu, karena perspektif suatu kelompok berbeda sehingga warna yang dikenal juga berbeda-beda.  Tidak hanya itu, kemampuan dalam mengenal dan mengelompokkan benda di sekitarnya juga berpengaruh pada kosakata warna suatu kelompok masyarakat.
 
“Kebudayaan, filosofi, dan kepercayaan juga berperan penting dalam penamaan warna,” tuturnya.

Sementara itu, adanya kemiripan lingkungan antara masyarakat Tiongkok dan masyarakat Indonesia memengaruhi persamaan dan perbedaan makna konotasi antara bahasa Mandari dan bahasa Indonesia. Faktor lainnya, dalam bahasa internal tersebut suatu kata memiliki dua makna yang bertentangan.

“Faktor internal bahasa, perkembangan kebudayaan materi dan teknologi, sejarah dan politik, adat istiadat, agama, dan pengaruh bahasa asing juga merupakan penyebab persamaan dan perbedaan warna antara kedua bahasa itu,” pungkasnya.  (Humas UGM/Ika)


Berita Terkait

  • Memahami Kekayaan Budaya Nusantara Melalui Karya Sastra

    Monday,04 January 2016 - 13:34
  • Mengungkap Pertumbuhan Nama Arab di Jawa

    Wednesday,31 January 2018 - 13:57
  • Keragaman Warna Tanah Jalur Baron - Wonosari

    Monday,11 December 2006 - 15:51
  • Afiliasi Media-Parpol Jadikan Pemberitaan Bernuansa Politis

    Wednesday,19 September 2012 - 7:45
  • Pameran Seni Rupa Membongkar Bingkai-Membuka Sekat

    Tuesday,12 December 2017 - 14:33

Rilis Berita

  • Mahasiswa UGM Raih Beasiswa Bayer Foundation - Germany 12 August 2022
    Bayer Foundation merupakan organisasi asal Jerman yang memberikan beasiswa bagi peneliti-peneliti
    Satria
  • Mahasiswa KKN UGM Gelar Vaksinasi PMK di Gunungkidul 12 August 2022
    Beberapa bulan terakhir ini wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) marak menyerang ternak di In
    Gusti
  • Departemen Sosek Faperta UGM Gelar Seminar Nasional dan Deklarasi Penguatan Fungsi Penyuluhan Pertanian 11 August 2022
    Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), menggelar
    Agung
  • Prof Irianiwati Widodo Dikukuhkan Sebagai Guru Besar 11 August 2022
    Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Ga
    Gusti
  • Pendaftaran KIP-Kuliah Dibuka Bagi 1.850 Mahasiswa UGM 11 August 2022
    Direktorat Kemahasiswaan UGM membuka pendaftaran KIP Kuliah 2022 bagi 1.850 mahas
    Gloria

Agenda

  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual