
Kelompok peneliti nanoteknologi dari UGM tengah mengembangkan masker anti polusi asap. Berbeda dengan masker biasa, masker ini berisi lembaran partikel berukuran nano yang dapat mencegah partikel asap masuk ke paru-paru. ” Di grup penelitian saya, kita membuat filter untuk nano membran untuk menyaring polusi asap,” kata Dr. Kuwat Triyana, salah satu anggota peneliti, ditemui dalam International Conference on Science and Technology (ICST) di Ballroom Hotel Eastparc Yogyakarta, Kamis (12/11).
Menurutnya, ide pembuatan masker yang berisi filter berukuran nano ini terbuat dari polyvinyl alcohol dan chitosan sengaja dibuat untuk mengurangi dampak polusi asap kebakaran hutan dan lahan bagi kesehatan. Meskipun penelitian masih dalam skala laboratorium, penelitian ini sudah hampir selesai. Rencananya, dalam bulan ini akan dibuat 10 produk masker yang akan diuji di lapangan. “Rencana kita akan menguji di Palangkaraya, namun karena asap di sana sudah mulai berkurang kita alihkan dalam bentuk model asap untuk menguji seberapa jauh partikel asap yang lolos,” ujarnya.
Menurut Kuwat masker ini mampu mencegah partikel asap yang masuk, kecuali molekul udara atau oksigen. Berbeda dengan masker biasa yang memungkinkan 70 persen partikel lolos terhirup masuk ke dalam paru paru.
Menurut Kuwat apabila sudah berhasil melakukan uji lapangan, rencananya masker anti polusi asap ini akan segera diluncurkan dan dimungkinkan untuk diproduksi massal dengan harga yang relatif murah. Hal itu dilakukan untuk mengurangi dampak polusi asap kebakaran hutan yang hampir terjadi setiap tahun. Hanya saja, menurut Kuwat, kendala yang dihadapi untuk melakukan produksi massal masker anti asap ini adalah terkait pengadaan mesin pembuat tisu membran partikel berukuran nano, “Kita membutuhkan kebijakan dari pemerintah atau universitas untuk membantu proses di tingkat hilir ini,”kata Kuwat.
Rektor UGM, Prof Ir Dwikorita Karnawati M.Sc., Ph.D., mengatakan penelitian nano teknologi di UGM sudah berkembang pesat. Bahkan, beberapa penelitian bekerjasama dengan peneliti dari luar negeri. Dia menyebutkan pemanfaatan nano teknologi di bidang biomedis salah satunya, yaitu produk Gama-CHA untuk material pengganti tulang.
Sementara itu Kepala Badan Penerbit dan Publikasi UGM, Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo, mengatakan publikasi penelitian di bidang sains dan teknologi yang dilakukan peneliti UGM terus ditingkatkan. Untuk mendorong dosen, peneliti dan mahasiswa menulis artikel dan mempublikasikannya di jurnal internasional terkemuka, pihaknya sengaja menyelenggarakan konferensi internasional ICST yang berlangsung selama dua hari ini. “Kami menerima sekitar 230 naskah yang akan dipresentasikan di dalam pertemuan ilmiah ini. Naskah yang terpilih akan diterbitkan Indonesia Journal of Chemistry milik UGM yang terindeks oleh Scopus,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)