Gempa Bumi terbesar di dunia sejak tahun 1964 yang menyebabkan gelombang tsunami telah menelan korban 250.000 jiwa di Asia Tenggara. Lebih dari 150.000 jiwa merupakan warga Indonesia khususnya yang berada di Banda Aceh dan area sekitarnya di ujung barat pulau Sumatera. Selain bencana tsunami di Aceh, masih banyak lagi bencana yang terjadi di Indonesia seperti gempa bumi di Alor dan Nabire serta yang terakhir yaitu tanah longsor di Cimahi.
Semua bencana ini baik langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada aspek kesehatan dan lingkungan hidup seperti banyaknya kasus penyakit kronis yang dialami korban bencana baik secara fisiologis maupun psikologis sehingga diperlukan suatu sistem pengelolaan khusus untuk aspek kesehatan dan lingkungan hidup.
Berangkat dari pengalaman traumatik yang dialami Negara Indonesia dan Jepang serta diperlukannya suatu Sistem Pengelolaan Bencana khususnya untuk aspek kesehatan dan lingkungan hidup maka Universitas Gadjah Mada dan Kobe University mengadakan simposium sehari dengan tema Disaster Management System Related to Health and Environmental Aspect pada hari Jum’at, 18 Maret 2005 di Auditorium 2 Fakultas Kedokteran UGM.
Hadir sebagai pembicara antara lain: Dr. Ahmad Sujudi, Sp.B, MHA dengan pokok bahasan “Disaster Management System”; Shinichirou Yanagisawa, M.D., Ph.D “What is Tsunami? How to Forecast?”; Prof. Dr. Sutikno & Prof. Dr. dr. Adi Heru S, M.Com, M.Nut “Disaster Management”; Prof. Satoshi Takada “The Psychological Reactions of Children” pada session I. Session II: BAKORNAS PBP “Evaluation of Rehabilitation and Reconstruction Program of Post Tsunami Disaster in Aceh and North Sumatra”; PMI Pusat “Experiences and Problems of PMI in Coping of Tsunami Disaster in Aceh and North Sumatra Tsunami Disaster in Aceh”; Departemen Sosial RI “Relief and Aids Management of Tsunami Disaster in Aceh and North Sumatra (Administration and Distribution Problems”. Session 3: dr. Hendri Wartatmo, Sp.B “Peranan Brigade Siaga Bencana” dan dr. Laksono T, Ph.D “Peranan Tim Bantuan Kesehatan UGM untuk Aceh”.
Menurut Dr.Achmad Sujudi, MHA, secara nasional penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh BAKORNAS PBP ke seluruh Indonesia melalui propinsi (Satkorlak PBP) ke kabupaten dan kota (Satlak PBP), termasuk TNI POLRI. Selain itu Bakornas juga mengkoordinasikan upaya yang dilakukan oleh organisasi non-pemerintah (PMI), organisasi keagamaan, dsb) baik nasional ataupun internasional termasuk badan-badan PBB. Khusus untuk kesehatan, koordinasi teknis oleh Departemen Kesehatan melalui Satkorlak dan Satlak.
Dalam makalah berjudul “Sistem Penanggulangan Bencana Di Indonesia, Sisi Kesehatan Dan Lingkungan”, ia mengatakan bahwa upaya peningkatan kemampuan dilakukan dengan pembentukan Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Pusat Pelayanan Masyarakat Terpadu (PPMT)- Public Safety Center dan pembentukan Brigade Siaga Bencana (BSB), di seluruh Indonesia. Pembentukan tiga program tersebut pada saat ini masih dalam tahap awal memerlukan pengembangan dan pemantapan terus-menerus.
Ditambahkan Dr. Sujudi bahwa peningkatan kemampuan penaggulangan bencana dilakukan terus-menerus bekerjasama dengan badan-badan internasional dan negara-negara lain. “Pengalaman penanggulangan bencana di dalam negeri ataupun di luar negeri merupakan bagian yang sangat penting.
Dengan simposium ini diharapkan dapat berbagi pengalaman tentang sistem pengelolaan bencana pada area kesehatan dan lingkungan hidup antara Negara Indonesia dan Jepang. (Humas UGM)