Yogya, KU
Penyakit jantung termasuk jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia maupun dunia. Di Indonesia, jantung koroner menempati posisi pertama sebagai penyakit yang paling banyak menimbulkan kematian. Demikian pula dengan stroke, sebagai penyakit yang memiliki prosentasi terbesar ketiga sebagai penyebab kematian.
Hal tersebut diungkapkan dokter spesialis saraf UGM dr. Lucia Krisdinarti, Sp.PD, Sp.JP dalam dialog interaktif ‘Mendeteksi Sejak Dini Penyakit Stroke dan Jantung Koroner’, Sabtu (12/1) di Auditorium Fakultas Kedokteran UGM. Acara yang diselenggarakan Dharma Wanita Persatuan Fakultas Kedokteran UGM ini dalam rangkaian acara memeriahkan Dies FK UGM ke-62 dan Ulang Tahun IIDI (Ikatan Dokter Istri Indonesia).
Untuk mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung koroner, menurut Lucia Krisdinarti, masyarakat sudah bisa mengetahui dan mendeteksi gejala serangan jantung yang ditandai dengan dada terasa nyeri selama kurang lebih 30 menit saat beristirahat.
“Apabila selama 30 menit dada terasa nyeri, bisa jadi kita mengidap penyakit jantung koroner,†katanya.
Gejala yang ditimbulkan diperkuat dengan rasa seperti tertekan, perasaan nyeri di lengan kiri dan punggung yang disertai keluarnya keringat dingin, mual dan muntah akibat terhambatnya aliran darah pada arteri koroner yang menyuplai darah ke otot jantung.
“Sebaiknya pasien langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera,†tegasnya.
Diakui Krisdinarti, selama ini masyarakat kurang tanggap dan menganggap gejala serangan jantung ini sebagai penyebab sakit ringan, seperti masuk angin. Kurang tanggap dan penanganan yang lambat inilah yang menyebabkan kasus kematian semakin besar.
Selain pengetahuan tentang penyakit jantung koroner, seminar yang dihadiri lebih dari 200 peserta yang rata-rata lanjut usia ini juga mengupas tentang gejala penyakit stroke. Dijelaskan oleh dr. Ismail Setyopranoto, Sp.S, masyarakat masih menganggap bahwa stroke merupakan penyakit orang tua. Menurutnya anggapan ini tidak benar dan perlu diluruskan.
“Di Amerika, penyakit ini banyak menyerang orang berusia 30-44 tahun. Bahkan, angkanya pun sangat tinggi yaitu sekitar 15000 tiap tahunnya. Meskipun di Indonesia angka penderitanya tidak pernah jelas. Namun, para pakar sependapat bahwa di Indonesia, penderita stroke semakin muda,†katanya.
Dikatakan ismail, stroke disebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak karena adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Gejala serangan stroke yang ditandai dengan serangan-serangan mendadak dan tiba-tiba, seperti mendadak kehilangan memori, mendadak pusing, mendadak menurunnya penglihatan dan tiba-tiba kesulitan menelan, terjadi perubahan kepribadian, mood dan emosi, tiba-tiba terjadi perubahan kesadaran hingga tiba-tiba berbicara pelo dan mulut perot. (Humas UGM/Gusti Grehenson).