Dampak negatif dari investasi bidang pertambangan mengundang keprihatinan Shalaho Dina Devy. Menurut Shalaho dampak itu berhubungan dengan kondisi hidrologi, morfologi dan hidrogeologi kawasan pertambangan dan berpengaruh pada aliran air tanah. Untuk itu, ia menawarkan sebuah konsep hidrogeologi dan pemodelan air tanah sebagai solusi dari dampak pertambangan.
Shalaho menuangkan gagasannya tersebut dalam disertasinya berjudul “Hidrogeologi dan Pemodelan Air Tanah daerah Penambangan Batubara tambang terbuka di Muara Lawa, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur”. Menurutnya, mempertahankan kualitas dan kuantitas air tanah penting dilakukan untuk menjaga keberlanjutan. Dengan kondisi tersebut, maka diperlukan pemahaman mengenai kondisi hidrologi, kondisi batas hidrogeologis, dan perubahan morfologi sebelum dilakukan pertambangan.
“Dengan begitu, informasi dasar tersebut dapat digunakan sebagai pengetahuan penambangan dalam melihat kualitas dan kuantitas air tanah sebelum hingga penutupan tambang,” papar Shalaho, Sabtu (14/11) dalam ujian terbuka program doktor Fakultas Teknik.
Shalaho mengatakan untuk mengatasi dampak penambangan batubara tambang terbuka ke depannya diperlukan pertimbangan terhadap kajian transport, pemantauan dan pengawasan kualitas air tanah, meminimalkan ekspos bantuan PAF, pemantauan dan pengendalian kualitas AAT, serta pengelolaan dan pementauan kualitas air bekas tambang.
“Melalui penelitian ini, masyarakat bisa tahu daerah-daerah mana yang berpotensi mengandung air tanah, dan perusahaan tambang mengetahui hidrogeologi yang kelak bisa mempengaruhi penirisan tambang dan meminimalkan void serta mengantisipasi pembentukan air asam tambang” kata Shalaho (Humas UGM/Putri)