Sekolah atau studi di Amerika Serikat harus serius, kondisi seperti itu tentunya sangat berbeda dengan cara belajar di Indonesia. Sekitar 3.600 universitas di Amerika Serikat menerima mahasiswa internasional, sehingga tinggal memilih perguruan tinggi yang mana yang menjadi pilihannya dengan masing-masing minatnya. Demikian dikemukakan Miss Lawrence salah seorang mahasiswa penerima beasiswadari Program Fullbright dalam acara “U.S. Education and Fullbright Scholarship Seminar”, Kamis 7 April 2005 di Ruang Seminar Lantai 3 Gedung Perpustakaan UGM Unit I. Seminar dipandu Kepala Perpustakaan UGM, Drs. Ida Fajar Priyanto, MA digelar American Corner.
Untuk memenangkan beasiswa Fullbright ini calon mahasiswa harus mempersiapkan diri dengan baik, trampil dalam bahasa Inggris dengan TOEFL yang cukup tinggi antara 550 sampai 600. Selain itu harus punya ketrampilan menulis dan berbicara dalam bahasa Inggris yang bagus, karena kuliah dan kebanyakan tugas ditulis dan disampaikan dalam bahasa Inggris.
“Kuliah di Amerika Serikat lebih banyak diskusi, sehingga mahasiswa harus aktif mancari referensi. Studi di AS jauh berbeda dengan di Indonesia, seperti fasilitas perpustakaan juga sangat tidak sebanding. Perpustakaaan perguruan tinggi di AS merupakan landmark, sehingga begitu mudah mengakses referensi yang tersedia, baik berupa buku maupun internet,” kata pak Ida.
Koordinator Educational Advising Services (EAS) Amarican Indonesian Exchange Program (AMINEF) Erica Sjarif mengatakan, Fullbright mempunyai banyak program beasiswa . Diantaranya untuk lulusan SMA, S-1, S-2, dan S-3. Dengan beasiswa tersebut bisa untuk menutup SPP, biaya hidup selama studi, buku, menyusun tesis, disertasi dan biaya transportasi dari Ibukota pulang pergi.
Program Fullbright melalui Aminef-yayasan non-profit ini memberikan lebih dari 80 beasiswa setiap tahun kepada warganegara Amerika maupun Indonesia untuk belajar, mengajar, melakukan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, pendidikan profesional, manajemen bisnis dan seni.
“Seminar ini media bagi pemberi beasiswa dan calon penerima beasiswa untuk dapat bertatap muka secara langsung, diharapkan memperkaya khasanah pengetahuan tentang beasiswa dan pendidikan di luar negeri, khususnya di negeri Paman Sam ini,” ujar Erica Sjarif dalam seminar yang digelar kerjasama American Corner Perpustakaan UGM dan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia.
Menurut Kepala Kantor Internasional UGM Daniar Rahmawati S.H., L.L.M dalam waktu dekat ini akan dilaksanakan penandatanganan kerjasama (MoU) antara Presiden Amerika Serikat dengan Presiden Indonesia untuk memberikan beasiswa kepada 750 Orang. Alumni Harvard University ini mengakui biaya studi di almamaternya sangat mahal, sehingga Fullbright tidak memberikan beasiswa ke sana. (Humas UGM)