Perempuan tidak lagi dimaknai sebagai sosok yang inferior atau bahkan penerima stereotip negatif. Hal itu ditunjukan oleh Mery Balango dalam disertasinya yang berjudul “Citra perempuan tangguh dalam cerita detektif Hard-Boiled Amerika Karya Sara Paretsky dan Sue Grafton Tinjauan Postfemenisme”. Dengan mengangkat tema perempuan tangguh, Mery ingin menunjukan bahwa melalui novel tersebut perempuan bukanlah sosok yang lemah melainkan perempuan itu sosok yang cerdas, kuat, menarik, sukses dalam karir dan tetap feminim.
Menurutnya, perempuan setelah berada pada abad ke-20, gerakannya di ruang publik semakin mendominasi. Hal itu terbukti melalui aneka ragam pekerjaan laki-laki yang sukses diambil alih oleh perempuan. Kesadaran perempuan pada abad ke-20 semakin meluas di dunia karir. Fenomena tersebut yang diekspresikan pengarang perempuan dalam novel berjudul “Hard Boiled”.
“Cara-cara perempuan memasuki dunia yang keras ini terkonstruksi melalui citra New Woman, semua ide tercipta melalui situasi dan kondisi perempuan pada era posfeminis yang sebelumnya memosisikan perempuan hanya pada peran domestik saja,” kata Mery dalam ujian doktor di FIB UGM, Rabu (25/11).
Merry menawarkan sebuah pemahaman baru melalui novel “Hard Boiled”, yaitu perempuan sesungguhnya ditunjang dengan daya nalar, sehingga perempuan memiliki kemampuan dalam mengerjakan sesuatu dalam waktu yang bersamaan. Selain itu, perempuan kelahiran Gorontalo, 21 Oktober 1964 ini, berhasil mengungkapkan bahwa lewat novel yang ditulis oleh Paretsky dan Sue Grafton mengantarkan sebuah pemahaman baru mengenai cara dan strategi perempuan dalam menentang konstruksi yang dapat berakibat terciptanya ketidakadilan sosial.
Di hadapan tim penguji Merry memaparkan sebuah alternatif pemecahan masalah yang disampaikan oleh penulis novel bahwa melalui cerita detektif posisi perempuan sudah berada di luar identitas gender yang konvensional dan telah melewati batas dunia perempuan. Akibatnya, stereotip negatif tentang perempuan itu lemah, tidak agresif, pasif, berperan dalam dunia domestik itu luntur.
“Pandangan negatif tersebut dijawab melalui penelitian ini, karena penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan citra perempuan tangguh dalam cerita detektif yang ditulis oleh perempuan dalam perspektif posfeminisme,” tegasnya (Humas UGM/Putri)