
Duta Besar RI untuk Mesir, Dr. Nurfaizi Suwandi, mengatakan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memanfaatkan situasi negara-negara yang sedang kacau sebagai target utama untuk dikuasai. Beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika Utara kini menjadi target serangan. Meskipun kekuatan pasukan ISIS diperkirakan hanya berjumlah 30 hingga 40 ribu orang, namun sampai saat ini kelompok tersebut tidak bisa dilumpuhkan oleh pasukan koalisi Amerika dan Rusia beserta sekutunya. “Begitu banyak negara menyerang ISIS, tapi tak pernah habisnya, seharusnya dengan kekuatan militer penuh, paling lama 3 hari, apa karena mereka (ISIS) tersebar atau memang ini disengaja,” kata Nurfaizi dalam kuliah umum di Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (3/12).
Dikatakan Nurfaizi, kelompok ISIS muncul dari pecahan organisasi Al Qaida yang ada di Irak, namun menurut Nurfaizi saat ini wilayah kekuasaan ISIS sudah menyamai luas negara Yordania. Meskipun demikian, tindakan ISIS yang menyebar teror lewat video memenggal kepala pada setiap tawanan makin menebar kebencian publik pada ISIS. Bahkan, lebih dari itu berdampak pada persepsi masyarakat dunia pada umat Islam. “Masa Islam seperti ini? Padahal tidak ada ajaran seperti ini,” katanya.
Nurfaizi berpendapat, bisa jadi keberadaan ISIS sebagai bagian dari konspirasi untuk memecah belah kawasan Timur Tengah atau bahkan disengaja agar perdagangan dan produksi senjata akan terus berlangsung. Nurfaizi mengatakan umat muslim di Indonesia seharusnya juga jangan terlalu percaya dengan setiap doktrin yang dibawa oleh kelompok yang berasal dari luar apalagi yang berasal dari Timur Tengah. Pasalnya, kondisi di timur tengah saat ini muncul tiga kekuatan politik yang memiliki tujuan saling berlawanan, yakni kekuatan berlatar belakang syiah yang dimotori Iran, Irak, Suriah dan Libanon.
Kedua, kekuatan kelompok politik Islam di Arab seperti Ikhwanul Muslimin, mendapat dukungan dari Qatar dan Turki. Selanjutnya, kekuatan berlatar belakang Sunni yang dimotori oleh Arab Saudi dan monarkhi teluk lainnya seperti Kuwait, Uni Emirat dan beberapa Negara Arab lainnya. “Pertarungan antar tiga kekuatan dan isu berlatar ideologi menjadi awal penguatan kelompok–kelompok jihadis di seluruh kawasan Timur Tengah,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)