
Pusat Studi Kebudayaan UGM bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan rangkaian Seminar Nasional yang berlangsung pada tanggal 6-8 Desember 2015. Tema yang diangkat dalam seminar ini adalah Pembangunan dalam Perspektif Kebudayaan. Sesi pertama yang berlangsung Minggu (6/12) di ruang seminar Hotel Santika dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman dan menghadirkan kepala Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Ir. Hendarman, M.Sc., Ph.D. sebagai pembicara kunci.
Prof. Suratman dalam sambutannya menyayangkan banyaknya budaya yang saat ini sudah mulai ditinggalkan, salah satunya bahasa daerah. Banyak pemuda yang lebih bangga jika dapat menguasai bahasa asing, tetapi tidak dapat menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Karena itu, ia berpesan kepada para pemuda untuk menjunjung tinggi budaya bangsa, karena budaya adalah kekayaan bangsa yang membedakan Indonesia dari negara-negara lain.
Terkait perspektif kebudayaan, salah satu aspek pembangunan yang dibahas dalam sesi ini adalah pendidikan. Pendidikan berbasis kebudayaan, menurut Hendarman, penting untuk mencapai perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan yang dirumuskan dalam Nawa Cita. “Kesembilan agenda prioritas pemerintahan Jokowi-JK, saya harap menjadi bahan pertimbangan juga bagi para pembicara dalam sesi berikutnya,” ujarnya.
Diadakannya seminar ini di Yogyakarta, menurut Dr. Aprinus Salam selaku kepala Pusat Studi Kebudayaan, menjadi hal yang penting, salah satunya mengingat predikat Yogyakarta sebagai kota budaya. Tema ini, tambahnya, sebenarnya juga bukanlah tema yang baru. Namun, ia optimis topik ini selalu penting untuk dibicarakan, untuk mengritisi proses pembangunan di Indonesia dan mengembangkan perspektif-perspektif baru serta solusi terhadap permasalahan yang ada.
“Persoalan pembangunan selalu relevan dan aktual untuk dibicarakan secara konsisten. Bahkan mungkin satu atau dua tahun lagi kita akan membicarakan hal ini lagi, mengevaluasi kembali apakah proses pembangunan kita sudah dalam koridor nilai-nilai budaya yang kita perjuangkan selama ini atau belum,” jelasnya. (Humas UGM/Gloria)