
Sebagai salah satu agenda menyambut Dies Natalis UGM ke-66, KAGAMA bekerja sama dengan Harian KOMPAS mengadakan dialog Teras Kita, Sabtu (12/12) di Balairung UGM. Dialog ini menghadirkan Dr. Revrisond Baswir dan Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc., keduanya dosen FEB UGM, serta ekonom Berdikari Center, Dr. Prasetijono Widjojo M. J., MA dan wirausahawan alumni UGM, Aliuyanto. Dipandu oleh wartawan KOMPAS, Pieter P Gero, dialog ini mengusung tema ”Sehatkah Iklim Usaha untuk Tumbuhnya UMKM?”
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah mendominasi bisnis di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini terdapat sekitar 58 juta UMKM dengan 150 juta tenaga kerja. Namun, pertumbuhan usaha mikro ini sangat bergantung kepada kondisi perekonomian secara makro. Dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya sekitar 4,8%, UMKM menghadapi tantangan untuk berkembang.
Menurut Sri Adiningsih usaha mikro di Indonesia muncul karena terbatasnya lapangan kerja formal, sehingga banyak orang mulai beralih ke bidang usaha dengan memulai bisnis-bisnis kecil. Perkembangan ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi kualitas rendah pasca krisis moneter 1998, dimana yang berkembang adalah sektor-sektor informal. Maka, fokus utama dalam pembangunan ekonomi ke depan adalah untuk meningkatkan kualitas perekonomian. “Kita harus membangun ekonomi yang berkualitas. Oleh karena itu, produktivitas, daya saing, serta kemandirian harus ditingkatkan,”ujarnya.
Aliuyanto selaku wirausahawan mengakui cukup mudah untuk memulai usaha, namun sulit untuk mengembangkannya. Iklim usaha saat ini, menurutnya, kurang sehat, karena terdapat banyak pelaku namun hanya sedikit pembeli. Pelaku usaha ini pun kebanyakan hanya pedagang, tidak banyak yang menjadi produsen. Karena itu, kontribusi sektor usaha mikro bagi PDB masih sangat kecil.
Sementara itu menurut Prasetijono Widjojo, perlu dilakukan klasterisasi atau pengelompokkan macam-macam UMKM agar dapat dilakukan pendampingan sesuai dengan karakteristik masing-masing bidang usaha, serta pemberian kemampuan teknis untuk mendorong pelaku usaha agar lebih memahami teknologi yang sudah berkembang. Hal serupa disampaikan oleh Revrisond Baswir yang menyatakan bahwa masing-masing bidang usaha memiliki kebutuhan berbeda.
Menurutnya, UMKM selama ini terlalu banyak bergantung kepada pemerintah melalui kebijakan fiskal, dan kurang melirik sektor perbankan. Padahal, 20% kredit perbankan yang diperuntukkan bagi UMKM dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha. “Kalau kita jawab pertanyaan kita, terus terang saja sampai hari ini iklim perekonomian belum kondusif, kecuali kita melakukan perubahan-perubahan yang cukup dramatis,” jelasnya. (Humas UGM/Gloria)