Kegagalan Ovarium Prematur (KOP) secara umum didefinisikan sebagai berhentinya menstruasi secara spontan sebelum usia 40 tahun. Berhentinya menstruasi tersebut disebabkan kegagalan maturitas folikel, atau folikel primordial yang tidak berkembang.
dr. Abdurahman Laqif, SpOG(K), Spesialis Obstetri dan Ginekologi RS . Dr. Moewardi Surakarta/ Fakultas Kedokteran UNS Surakarta mengatakan kegagalan ovarium prematur ditandai dengan amenore, peningkatan kadar follicle stimulating hormone (FSH)>4,4 IU/L dan penurunan estrogen yang sebagian bersifat permanen. Beberapa kasus KOP dapat terjadi remisi dan dihubungkan dengan salah satu penyebabnya, yaitu autoimun.
“Angka kejadian KOP mencapai 1 hingga 2 persen pada wanita dibawah 40 tahun,” ujar Abdurahman saat ujian terbuka program doktor, Program Studi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Jum’at (18/12).
Menurut Abdurahman kegagalan ovarium prematur perlu diterapi karena menyebabkan gangguan kesehatan secara umum dan kualitas hidup wanita. Kegagalan ovarium prematur, tidak saja menyebabkan infertilitas namun juga menyebabkan kerusakan fungsi endotel dan fungsi diastolik secara bermakna, sehingga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis dan penyakit degeneratif pada susunan syaraf pusat.
“Juga menurunkan kualitas hidup wanita saat peri dan pasca monopause,” papar Abdurahman saat mempertahankan disertasinya yang berjudul Kajian Terapi Media Terkondisi Sel Punca Mesensimal (MT-SPM) Selaput Amnion Pada Kasus Kegagalan Ovarium Prematur.
Melakukan penelitian pada hewan coba tikus Sprague-Dawley, Abdurahman berkesimpulan media terkondisi SPM dari selaput amnion yang dihasilkan dengan metode hipoksia, mampu memperbaiki folikulogenesis, terutama dalam pembentukan folikel primordial dan primer pada ovarium dan meningkatkan kadar ekstradiol pada tikus KOP yang disebabkan oleh VCD. Pemberian VCD 80 mg/ kg BB secara intraperitoneal selama 30 hari menyebabkan kegagalan ovarium prematur (KOP) pada tikus Sprague-Dawley.
Kesimpulain lain, media terkondisi SPM dari selaput amnion yang dihasilkan dengan metode hipoksia mengandung bFGF sebesar 274,29 pg/ml, sedangkan media terkondisi SPM yang dihasilkan dengan metode hipoksia mengandung VEGF sebesar 2121,72 pg/ml dan LIF sebesar 23,28 pg/ml. (Humas UGM/ Agung)