Cerita bermula dari Pak Salamun Eddyono, ketika berkehendak mendatangi wisuda putra bungsunya Luthfi Widagdo Eddyono, S.H di UGM hari Kamis tanggal 19 Mei 2005. Jauh hari sebelum itu, Pak Salamun melayangkan surat yang ditujukan kepada Rektor UGM, Prof. Dr. Sofian Effendi. Inti dari isi surat, Pak Salamun sangat berterima kasih kepada Universitas Gadjah Mada, karena telah membantu dan mengasuh anak-anaknya, sehingga berhasil lulus dalam pendidikannya. “Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak rektor, Dekan dan seluruh pegawai di lingkungan Universitas Gadjah Mada yang telah membantu/mendidik, mengasuh anak-anak saya sebanyak 5 (lima) orang, sehingga anak-anak saya dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik”, ungkap Pak Salamun dalam suratnya.
Bangga bagi Pak Salamun melihat lima dari enam anaknya lulus dari UGM.. Masing-masing adalah (i) Suzanna Eddyono, M.Si, (ii) Sri Wiyanti Eddyono, S.H, Supriyadi Widado Eddyono, S.H, Aryo Subarkah Eddyono, S.Sos dan (v) Luthfi Widagdo, S.H yang turut wisuda tanggal 19 Mei 2005. Bahkan, diantaranya kini telah sukses meniti karier. “Alhamdullillah, ada yang di LSM 2 orang, seorang di perusahaan swasta Medan, ada yang jadi Dosen dan satu lagi di AN TV sebagai reporter. Sedang Sri Wiyanti saat ini sedang melanjutkan kuliah di Hongkong. Kemudian di bulan 9 nanti, Suzanna juga akan melanjutkan kuliah pasca di Inggris ”, ujar Pak Salamun.
Diakui oleh Pak Salamun, dalam hal mendidik anak, ia tidak pernah bersikap memaksa. Ini bisa dimengerti, karena bagaimanapun Pak Salamun adalah pensiunan Guru SMA Negeri I Medan. Sebagai seorang guru, ia mampu menyelami keinginan dan kemampuan putra-putrinya. “Saya tidak pernah menolak kemauan anak, selama anak mampu dan mau kuliah dimanapun, akan saya penuhi. Soal materi, saya ini hanya berprofesi guru. Anda sudah pastilah tahu, tentang kondisi guru. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja, boleh dikata cekak. Tapi, Allhamdullillah, semua bisa terus terlaksana”, ujarnya.
Bukan tanpa keraguan bagi Pak Salamun menyekolahkan anaknya ke Jogja (UGM). Ketika anak kedua, Suzanna memutuskan kuliah di UGM, sepertinya berat baginya untuk melepas. Selain karena Suzanna seorang perempuan, ia merasa belum berpengalaman menyekolahkan anak jauh dari tempat tinggalnya. Namun, karena Suzanna mampu meyakinkan, lembar jalan barupun terbuka. Adik-adik Suzanna pun kemudian mengikutinya.
Sebagai yang pertama kuliah di UGM Suzanna ternyata mampu meyakinkan, sekaligus membuktikan kepada orang tuanya. Isue-isue negatif tentang pendidikan di Jogja, akhirnya tidak menggoyahkan niat Pak Salamun menyekolahkan anaknya ke Jogja. Isue Kumpul Kebo, Narkoba dan lain-lain, mampu ia tepiskan. Pak Salamun tetap yakin, semuanya dikembalikan ke masing-masing pribadi. “Yang penting itu niat kita kuliah. Tidak macam-macam. Mbak Suzanna itu yang membuka jalan. Kita menjelaskan yang sebenarnya. Isue-isue itu tidak demikian, kembalikan saja semuanya ke individu-individunya”, kenang Aryo Eddyono meyakinkan orang tuanya saat itu.
Kini, Pak Salamun boleh dikata sukses mendidik anak-anaknya. Kesuksesan itu, tidak dinikmatinya sendiri. Ia masih mau berbagi dengan sesama, sekaligus mau berpesan agar dalam menyekolahkan anak harus terus berlanjut “Untuk urusan sekolah teruskan saja, karena rejeki datang sendiri. Buktinya saya sendiri, saya ini guru Allhamdullilah bisa menyekolahkan anak,” pesannya. (humas UGM)