• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Promosi Doktor
  • Memahami Kekayaan Budaya Nusantara Melalui Karya Sastra

Memahami Kekayaan Budaya Nusantara Melalui Karya Sastra

  • 04 Januari 2016, 13:34 WIB
  • Oleh: Gloria
  • 6081
Dr. Hartono

Warna lokal Jawa banyak dijumpai dalam novel-novel Indonesia periode 1980-1995. Sebut saja novel berjudul Para Priyayi karya Umar Karyam, Canting karya Arswendo Atmowiloto, atau Ronggeng Dukuh Paruk tulisan Ahmad Tohari. Novel ini kental dengan suasana budaya Jawa, yang tampak baik dari gambaran latar tempat, kesenian, kepercayaan masyarakat, status sosial, bahasa daerah, atau penamaan latar waktu, tumbuhan, dan hewan.

“Pada tahun 1980-an dan 1990-an awal, novel Indonesia digairahkan oleh sesuatu yang disebut dengan warna lokal atau sensibilitas lokal, dan para pengarang cenderung mengangkat budaya daerah sesuai dengan latar belakang sosial-budaya demografinya,” ujar dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY, Hartono, M.Hum. saat mengikuti ujian terbuka program doktor, Senin (4/1) di Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Dalam trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, warna lokal Banyumasan ditampilkan melalui cerita seputar kehidupan seorang ronggeng, dengan penggambaran latar yang khas di sebuah dukuh kecil yang belum terpengaruh budaya-budaya modern. Di sepanjang cerita, pembaca dapat menangkap unsur-unsur budaya lokal seperti kepercayaan warga terhadap roh leluhur, kebiasaan-kebiasaan warga, serta beragam isu sosial di masyarakat, termasuk soal prostitusi yang melekat dengan tradisi ronggeng.

Menguatnya penggunaan warna lokal Jawa dalam periode tersebut, menurutnya, salah satunya sebagai usaha untuk menghindari kecurigaan pemerintah atau penguasa. Pada masa tersebut pemerintah kerap melakukan sensor terhadap karya sastra yang dianggap mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Para penulis kemudian memilih untuk bercerita mengenai pengalaman-pengalaman lokal dalam lingkup daerah yang kecil, agar novel yang ditulis dapat lolos dari sensor pemerintah.

Selain itu, penggunaan warna lokal juga bertujuan untuk mengembangkan budaya lokal dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kekayaan budaya nasional. “Melalui warna lokal dalam karya sastra, masyarakat dapat memperoleh pendidikan dan pesan moral yang baik, sehingga rasa saling menghormati dan menghargai antarpendukung budaya juga dapat terjalin dengan baik,” jelas Hartono. (Humas UGM/Gloria)

Berita Terkait

  • Yayasan Sastra Yogya Kembali Gelar Anugerah Hadiah Sastra

    Friday,18 November 2011 - 8:14
  • Mengungkap Intoleransi Karya Nuruddin Ar-Raniri

    Friday,29 July 2016 - 8:03
  • Kamasutra "Gugur Gunung"

    Monday,13 December 2010 - 7:33
  • Menilik Warna Sosial Politik dalam Karya Sastra Jerman

    Tuesday,24 April 2018 - 16:20
  • Prof Sangidu: Sastra Islam Terbuka Untuk Karya Sastra Kontemporer

    Tuesday,26 March 2013 - 14:31

Rilis Berita

  • Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo Meninggal Dunia 03 June 2023
    Keluarga Besar Universitas Gadjah Mada berduka atas meninggalnya salah satu guru besar terbaiknya
    Satria
  • Membangun Kemandirian dan Pengembangan Wisata Melalui Desa Binaan HMP UGM 03 June 2023
    Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (HMP UGM) melalui Bidang Aksi Sosial (Aks
    Satria
  • RSA UGM Terima Penghargaan PPKM Award dari Menkes 02 June 2023
    Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM terus berkomitmen tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan
    Gusti
  • Universitas Gadjah Mada di Top 50 Dunia pada THE Impact Rankings 2023 01 June 2023
    Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk dalam jajaran 50 perguruan tinggi terbaik dunia yang memberik
    Satria
  • Minim, Pemda Yang Mampu Susun RPPLH Sesuai Target 01 June 2023
    Percepatan industri telah menghasilkan berbagai dampak lingkungan. Salah satu isu yang banyak dip
    Satria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual