Potensi tumbuh kembang tulang sangat penting diperhatikan untuk penilaian prognosis kasus maloklusi selama periode retensi dan pasca retensi. Jika pada periode tersebut tidak memperhatikan faktor tumbuh kembang, maka hasil perawatan yang telah dicapai dapat kembali seperti keadaan semula (relapse) atau akan terjadi maloklusi baru.
Demikian disampaikan Prof Dr drg Pinandi Sri Pudyani SU SpOrt, saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Senin (14/1), di ruang Balai Senat. Staf pengajar Bidang Ortodonsia FKG UGM ini, mengucap pidato “Peran Jaringan tulang Dalam menunjang Keberhasilan Perawatan Kelainan Dentofasial Secara Ortodontikâ€.
Dosen Teladan III tahun 1986 ini, mengatakan beberapa penelitian menunjukkan, jika pergerakan gigi tidak diikuti oleh remodeling jaringan pendukung, maka gigi akan kembali ke posisi semula. Dalam hal ini, peran tumbuh kembang setelah masa perawatan ortodontik masih tetap diperdebatkan.
“Salah satu peneliti menjelaskan, jika selama perawatan ortodontik masih terdapat potensi yang besar untuk tumbuh kembang, maka kemungkinan untuk relapse kecil. Namun, peneliti lain juga menjelaskan bahwa tumbuh kembang dapat membantu koreksi kelainan ortodontik, tetapi juga menyebabkan relapse,†ungkap Prof Sri Pudyani.
Untuk mencapai tujuan perawatan ortodontik yang diinginkan, maka harus dipertimbangkan segala upaya yang dapat digunakan untuk mendukung keseimbangan hubungan oklusal, tercapainya estetik gigi-gigi dan fasial serta terjaminnya stabilitas hasil perawatan.
“Upaya pencapaian tujuan tersebut meliputi menghilangkan faktor penyebab maloklusi, seperti kebiasaan jelek, perencanaan dan perawatan yang tepat serta upaya untuk menjaga stabilitas perawatan dengan melakukan prosedur pasca perawatan ortodontik. Dalam segala aspek upaya tersebut terhadap keberadaan tulang sangat penting untuk menjamin keberhasilan perawatan kelainan dentofasial secara ortodontik,†jelas istri Prof dr Bambang Irawan Martohusodo SpPD KKV SpJP FIHA, ayah empat anak ini (Humas UGM).