Kota Yogyakarta dikenal dengan banyak nama. Kota perjuangan, kota budaya, kota pendidikan dan kota pariwisata. Nama-nama ini telah menjadi brand image kota Yogyakarta. Sejumlah nama lain dimiliki oleh kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, kota yang tidak pernah tidur, yang tidak mau ketinggalan dengan gerak maju menuju kota besar, bahkan mungkin kedepan menjadi kota metropolitan bila upaya aglomarasi terwujud. Banyaknya nama ini sebagai indikasi terjadinya dinamika pertumbuhan kota. Demikian dikemukakan Prof. Dr. Chafid Fandeli, Dosen Fakultas Kehutanan UGM dalam seminar bertajuk “Menghijaukan Kota Kita dalam Rangka Memperingati Hari Lingkungan Hidup 2005” pada hari Jum’at, 3 Juni 2005 di PSLH UGM.
Menurutnya, adanya pertumbuhan kota ini, membawa suatu konsekwensi yang harus diselesaikan. Yang pasti adalah perkembangan kota ini menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup. “Problema pencemaran di kota, terjadinya penurunan fungsi kota sebagai tempat tinggal yang nyaman, terjadinya ketidakseimbangan hidrologis merupakan sesuatu yang patut dinilai dievaluasi dan dicarikan upaya penanganannya. Penilaian terhadap kemerosotan lingkungan, bisa jauh lebih besar nilai ekonomi dibanding dengan nilai hasil pembangunan,” ujar pak Chafid.
Lebih lanjut ia menuturkan, perlu dicari upaya yang cerdas untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di kota. Permasalahan ini tidak hanya terjadi diYogyakarta, tetapi bahkan juga di kota-kota lain di dunia. “Sampai kemudian UNEP, memberikan tema peringatan hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2005 dengan memasukkan tema penghijauan di kota. Tema Green Cities, Plan for The Planet, tidak terlalu menyimpang bila kita mulai memasukkan program hutan kota di kota Yogyakarta,” ungkap pak Chafid.
Oleh karena itu, kata pak Chafid, perlu dilaksanakan kebijakan yang smart. “Kebijakan foster parent dengan program tree adoption secara konsepsional dapat dilaksanakan untuk melaksanakan PP No. 63 Tahun 2002 tentang hutan kota dan dapat menunjang atribut kota Yogyakarta sebagai kota budaya, pariwisata dan kota pendidikan,” tegas pak Chafid. (Humas UGM)