• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Palawa
  • Webmail
  • Direktori
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Promosi Doktor
  • Raih Doktor Usai Meneliti Kasus Cerai Gugat di Kalangan Pasangan Pekerja Migran

Raih Doktor Usai Meneliti Kasus Cerai Gugat di Kalangan Pasangan Pekerja Migran

  • 22 Januari 2016, 12:41 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 2738
  • PDF Version
Raih Doktor Usai Meneliti Kasus Cerai Gugat di Kalangan Pasangan Pekerja Migran

Mobilitas internasional pekerja migran memberikan dampak positif bagi daerah karena mengalirnya remitan ke daerah asal. Meski begitu, dampak negatif yang ditimbulkan pun muncul, seperti tingginya angka perceraian bagi keluarga migran. Penelitian yang dilakukan terkait kasus perceraian di Lombok Timur, NTB, ditemukan kejadian banyaknya kasus perceraian. “Sebagian besar kasus cerai gugat dialami rumah tangga pekerja migran,” kata Dosen Universitas Muhammadiyah Mataram, Lalu Tajuddin, S.Pd., M.Si., saat ujian terbuka promosi doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (22/1).

Tajuddin menjelaskan tahun 2010 di daerah Lombok Timur ditemukan 724 kasus perceraian, terdiri dari 613 kasus cerai gugat, dan sisanya cerai talak. Selanjutnya, hingga pertengahan tahun 2011 terdapat 442 kasus dengan 370 cerai gugat. Bahkan, hingga bulan April 2013, tercatat ada 73 kasus perkara, diantaranya 55 kasus cerai gugat.

Penelitian Lalu Tajudin dilakukan terhadap para pekerja migran asal Lombok Timur yang bekerja di perkebunan sawit Malaysia Timur dan pasangan pekerja migran yang ditinggalkan di daerah asal. Lalu berkesimpulan bahwa tingginya angka perceraian kasus gugat cerai di Lombok timur disebabkan keberanian kaum perempuan Sasak yang ditinggal migrasi oleh pasangannya ini mulai memahami posisi mereka yang tidak hanya menjadi istri tetapi lebih dari itu dalam waktu yang bersamaan menjadi kepala keluarga. “Selama ini mereka hanya diposisikan nomor dua akibat ideologi patriarki,” katanya.

Meski demikian, kata Lalu, tingginya angka perceraian ini  disebabkan perasaan kesepian dan kesendirian yang dialami pasangan yang ditinggalkan. “Kesepian dapat dimunculkan berupa gejolak pribadi dalam bentuk stres. Setiap personal menyikapi rasa stres itu dengan cara masing-masing. Ada yang mengelola secara posistif dan ada juga menghadapi stres dengan melakukan hal-hal yang negatif,” katanya.

Ia menambahkan kegiatan positif yang dilakukan pasangan yang ditinggalkan adalah dengan menjadi buruh tani, buruh bangunan atau aktif menghadiri majelis taklim untuk sedikit menekan rasa kesepian. “Sedangkan ada juga mereka melakukan dengan cara lain dengan melakukan perilaku menyimpang,” tuturnya.

Menurutnya, perlu diupayakan pembinaan mental dan pembekalan terhadap pekerja migran pada saat persiapan akhir pemberangkatan dengan melibatkan unsur-unsur terkait untuk mengantisipasi adanya perilaku menyimpang, pemahaman hak dan kewajiban pekerja migran terhadap pasangannya selama bekerja di luar negeri. “Pemerintah daerah tidak hanya sekadar memberi pembekalan, namun harus juga melakukan pemberdayaan untuk meningkatkan pendapatan dan mengisi waktu luang pasangan yang ditinggalkan dengan kegiatan positif,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Semakin Tinggi Pendidikan, Intensi Cerai Semakin Rendah

    Wednesday,18 July 2012 - 1:39
  • Pengukuhan Prof. Agustinus Supriyanto: Penting, Ratifikasi Konvensi Migran 1990

    Thursday,21 July 2011 - 14:35
  • Migrant CARE Apresiasi Hasil KTT ASEAN Soal Perlindungan Buruh Migran

    Friday,17 November 2017 - 5:01
  • Ratih Pratiwi Anwar: Filipina Memperoleh Remitan Lebih Banyak

    Thursday,11 February 2010 - 16:17
  • 17 Pasangan Nikah Massal di UGM

    Monday,03 September 2007 - 7:30

Rilis Berita

  • UGM dan UTA’45 Jakarta Jalin Kerja Sama 13 December 2019
    Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta menjalin kerja sama bidang
    Ika
  • UGM Terima Hibah Infrastruktur Big Data dari AKR Corporindo 13 December 2019
    Universitas Gadjah Mada menerima bantuan hibah infrastruktur Big Data dari PT AKR Corporindo dala
    Gusti
  • Persembahan DWP untuk Pelestarian Batik Nusantara 13 December 2019
    Gemerlap lampu menyinari para model melenggang di atas panggung catwalk. Panggung terseb
    Satria
  • UGM Tandatangani Kerja Sama dengan Lima Mitra 12 December 2019
    Universitas Gadjah Mada (UGM) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan enam mitra, Kamis (12/
    Ika
  • Urgensi Optimalisasi Prediksi Cuaca 11 December 2019
    Indonesia merupakan negara maritim yang proporsi lautannya mencapai 76,940 persen dibanding darat
    Satria

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

Tidak ada agenda terbaru saat ini

Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2019 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontak