
Sebanyak 228 mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM mengikuti kegiatan Pembekalan Soft skills dan Praktik Pengenalan Ilmu Kehutanan (Forestry Camping) 2016. Dalam kegiatan yang berlangsung selama dua hari, 23 dan 24 Januari 2016, para mahasiswa mendapat pembekalan secara teori di Fakultas Kehutanan UGM dan Praktik Pengenalan Ilmu Kehutanan di Hutan Pendidikan Wanagama I, Gunung Kidul.
Pembekalan dilakukan staf pengajar Fakultas Kehutanan UGM dan Paskhas TNI Angkatan Udara. Selain materi pembentukan jiwa korsa, kedisiplinan, navigasi, turun tebing, dan survival, para mahasiswa juga memperoleh teknik kerja sama dengan pesawat terbang (KNKT) serta teknik penyeberangan basah.
Dr. Wahyu Wardhana, selaku ketua panitia mengatakan pembekalan dan penguasaan soft skills mahasiswa akan terus menjadi perhatian utama program studi S1 Kehutanan, Fakultas Kehutanan UGM. Sementara dengan praktik Pengenalan Ilmu Kehutanan (PIK) merupakan praktik lapangan pertama yang harus dilakukan setiap mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM.
“Dengan kegiatan ini mahasiswa diharapkan memiliki wawasan umum tentang hutan dan kehutanan serta memperoleh pengalaman berkaitan dengan aspek survival, navigasi, penyeberangan basah, kedisiplinan, kemandirian, kerja sama tim, kebersamaan, kemampuan manajerial, serta memiliki ketajaman analisis terhadap permasalahan kehutanan yang dijumpai,” katanya, Senin (25/1) didampingi Wakil Ketua, drh. Subeno, M.Sc di Fakultas Kehutanan UGM.
Kegiatan peningkatan soft skills mahasiswa kehutanan dengan instruktur dari Paskhas diawali di halaman parkir Taman Hutan Raya (TAHURA) Bunder, Dinas Kehutanan DIY. Sebanyak 228 mahasiswa dibagi ke dalam 16 kelompok dengan 4 titik pemberangkatan.
Pelepasan setiap kelompok menggunakan sudut kompas yang berbeda-beda menuju 2 titik kumpul. Dengan keterampilan mengoperasikan kompas dan kerja sama, mahasiswa dalam tim dituntut bisa tiba tepat sasaran dan tepat waktu.
Kegiatan lainnya berpusat di jembatan putus HPW I yang berada di atas Sungai Oya, para mahasiswa melakukan penurunan tebing dengan menggunakan 2 jalur. Sementara itu, untuk menumbuhkan jiwa korsa rimbawan dan penguasaan keterampilan saat menuruni tebing, satu per satu mahasiswa diminta meneriakan hidup rimbawan.
Wahyu Wardhana menambahkan untuk meningkatkan kompetensi kehutanan, para mahasiswa dilatih kemampuan bertahan hidup di dalam hutan dengan tanpa perbekalan, kecuali air putih. Para mahasiswa juga dibekali membuat berbagai macam tali jerat, mengidentifikasi ular berbahaya dan tumbuhan yang dapat dimakan.
“Mahasiswa diajari pula cara-cara menangkap ular, membakar kelinci, dan mengonsumsi pucuk-pucuk muda rerumputan. Tidak ketinggalan KNKT, praktik penyeberangan basah dan penurunan tebing, meminta bantuan dari udara pada saat tersesat, serta terampil mengatasi kendala penyeberangan sungai dan tebing-tebing di dalam hutan,” tambah Wahyu.
Para mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini nampak cukup antusias. Alnus, mahasiswa Fakultas Kehutanan asal Bojonegoro mengaku mendapat ilmu baru. Baginya, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa kehutanan. Salah satunya, mahasiswa bisa mempratikkan survival dengan memakan tunas muda rumput dan membakar kelinci.
“Mantab sekali kegiatan ini, saya senang sekali mendapatkan materi navigasi. Karena kemampuan mengoperasikan GPS dan kompas biasanya hanya diberikan di militer,” ujar Alnus. (Humas UGM/ Agung)