Tekanan yang dialami individu bersifat objektif, akan tetapi penderitaan yang dialami oleh individu akibat tekanan tersebut bersifat subjektif. Dengan kata alin, semua orang merasakan tekanan dalam hidupnya akan tetapi tidak semua orang yang mengalaminya kemudian menjadi terpuruk. Hal ini dikarenakan ada faktor yang menjadi penangkal, yaitu adanya ketrampilan psikologis yang tercermin dari optimalnya karakteristik kepribadian individu. Individu yang dapat bertahan dari tekanan tersebut adalah individu yang telah mengoptimalkan potensi ketranmpilan psikologis yang dimilikinya.
Pendapat tersebut diungkapkan Prof. Dr. M. Noor Rochman Hadjam, S.U saat menyampaikan Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar pada Fakultas Psikologi UGM dalam Rapat Terbuka Majelis Guru Besar UGM di Balai Senat UGM Senin, 19 Juni 2005.
Dalam pidato berjudul “Ketrampilan Psikologis Dalam Mewujudkan Kesehatan Mental”, pak Hadjam menuturkan bahwa ada beberapa penyebab rendahnya mutu kesehatan mental, antara lain: (i) minimnya perhatian terhadap pengembangan kepribadian; (ii) mulai ditinggalkannya nilai-nilai kearifan lokal; (iii) orientasi hidup materialistik; dan (iv) budaya konsumtif.
“Untuk itu digunakan ketrampilan psikologis yang banyak memberikan manfaat bagi peningkatan mutu kesehatan mental individu dan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kualitas kehidupan individu melalui peningkatan kualitas kesehatan fisik, keberhasilan dalam belajar atau meningkatnya produktivitas kerja, “ ujar ayah 2 putra ini.
Lebih lanjut dosen Program Doktor Fakultas Psikologi UGM ini mengatakan, oleh karena itu praktisi yang bergerak dalam kesehatan mental dapat mulai mempertimbangkan pengembangan program peningkatan ketrampilan psikologis dengan mengadakan berbagai macam studi piloting. Individu yang mempunyai keterampilan psikologis dalam menghadapi kehidupan akan dapat menyesuaikan dengan tuntutan dari dalam dirinya mapun dari lingkungan luar dirinya, sehingga tidak akan bertingkah laku yang bertolak belakang dengan norma, nilai, kearifan lokal dan kaidah agama. “Diharapkan perilaku negatif, konflik sesama generasi maupun berbeda generasi tidakakan terjadi, akan tetapi justru perilaku tepo seliro, saling hormat-menghormati, toleransi frustasi dan penghargaan akan perbedaan, asah, asih dan asuh serta gemi nastiti ngati-ati, ojo dumeh, ngono yo ngono ning ojo ngono dan bener tur pener selalu terwujud dan nampak dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan perwujudan keterampilan psikologis yang mendukung tumbuh dan berkembangnya mental yang sehat,” tambahnya. (Humas UGM)