Universitas Gadjah Mada mewisuda 1.802 lulusan Sarjana dan Ahli Madya, terdiri dari 1.521 lulusan S1, 281 lulusan D3 dan D4 di Graha Sabha Pramana, Rabu (17/2). Waktu studi rata-rata untuk lulusan program S1 adalah 4 tahun 8 bulan. Sedangkan untuk D3 adalah 3 tahun 8 bulan dan untuk studi rata-rata D4 adalah 4 tahun 3 bulan. Waktu studi tersingkat program S1 diraih oleh Adellia Agusta dari prodi Hubungan Internasional, Fisipol, yang lulus dalam waktu 3 tahun 2 bulan 16 hari. Sedangkan lulusan tersingkat untuk program Diploma diraih oleh Wahyu Saputra dari prodi Elektronika dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, yang menyelesaikan studi dalam waktu 2 tahun 4 bulan.
Predikat lulusan termuda diraih oleh Raihan Pasha Isheka dari prodi Teknik Sipil, Fakultas teknik, yang lulus pada usia 19 tahun 9 bulan 24 hari. Sementara itu, untuk program diploma lulusan termuda diraih Diah Asmorowati dari prodi D3 Akuntasi, Sekolah Vokasi, yang berhasil menjadi Ahli Madya pada usia 20 tahun 7 bulan 20 hari.
Nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata untuk jenjang sarjana pada wisuda kali ini adalah 3,29. Sedangkan IPK rata-rata untuk jenjang DIII adalah 2,97. Adapun untuk program DIV, 3,21. Nilai IPK tertinggi 4,00 untuk program sarjana diraih oleh Tia Rosana Ratna Sari dari prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, serta mahasiswa Fakultas MIPA, Yehezkiel Steven Kurniawan, dari prodi Kimia dengan lama studi 3 thn 4 bln 27 hr.
Sedangkan IPK tertinggi untuk program Diploma adalah Listiana Putri Wajarwati dari prodi D3 Pengelolaan Hutan Sekolah Vokasi dengan IPK 3,87.
Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., dalam pidato sambutannya menyampaikan ucapan selamat kepada para wisudawan yang telah berhasil menyelesaikan studinya. “Proses perkuliahan yang Anda lalui selama ini memang tidaklah mudah, banyak cobaan dan tantangan yang dihadapi selama studi. Semua ini bisa berhasil berkat perjuangan Anda dan orang tua,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Rektor mengajak para wisudawan untuk selalu bersyukur atas semua yang telah dicapai dan perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki. “Harus mampu meningkatkan kemampuan daya saing dan daya tahan, ternyata daya tahan itu paling penting. Kalau pun gagal, harus bangkit dan maju kembali,” terangnya.
Menurutnya, tantangan yangn dihadapi para lulusan sarjana dan diploma saat ini adalah bersaing dengan tenaga kerja asing seiring diberlakukkannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 1 Januari 2016 lalu. “Daya saing yang unggul dan andal sangat diperlukan untuk memenangkan persaingan di era MEA ini,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)