Siapa yang tidak pernah menggunakan kantong plastik? Bisa dipastikan sebagian besar masyarakat menggunakan barang ini. Kebanyakan plastik yang ada saat ini terbuat dari minyak bumi yang merupakan sumber daya alam tidak terbarukan sehingga menyebabkan plastik tidak mudah terurai secara alami. Hal tersebut pada akhirnya akan menimbulkan pencemaran lingkungan.
Kondisi ini mendorong lima mahaiswa Teknik Kimia UGM, yaitu Ivone Marselina Nugraha, Cesaria Riza Asyifa, Machlery Agung Pangestu, Palupi Hanggarani, dan Rifani Amanda membuat plastik yang mudah terurai secara alami atau biodegradable dan berasal dari bahan terbarukan. Mereka memanfaatkan limbah sisik ikan sebagai bahan plastik biodegradable.
Bahan-bahan yang bisa digunakan untuk membuat plastik biodegradabel adalah senyawa-senyawa yang terdapat pada tanaman seperti pati, selulosa, sedangkan pada hewan seperti, kitin, kasein, dan kitosan.
“Sisik ikan selama ini belum banyak dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja. Padahal, dalam limbah sisik ikan terdapat kitin dan kitosan sehingga berpotensi untuk dibuat plastik,” jelas Ivone, Jum’at (19/2) di Fakultas Teknik UGM.
Ivone menyampaikan saat ini sebenarnya telah banyak dikembangkan plastik biodigredable dengan memanfaatkan bahan terbarukan yang berasal dari kitosan, udang, kepiting, serta pati singkong.
“Kami menggunakan kitosan dari sisik ikan gurami dan ikan kakap yang memungkinkan untuk digunakan sebagai plastik biodegradable dalam penelitian ini,” tuturnya.
Sisik ikan gurami dan ikan kakap yang didapat dari sejumlah rumah makan di Jogja tersebut selanjutnya mereka teliti. Limbah sisik kedua jenis ikan tersebut dibersihkan terlebih dahulu kemudian dijemur dan dilakukan pemisahan protein dari kitosan (deproteinasi). Setelah dilakukan deproteinasi lalu dilakukan demineralisaisi untuk memisahkan mineral dari sisik ikan sehingga diperoleh senyawa kitin.
Kitosan selanjutnya dilarutkan ke dalam larutan asam asetat dengan diberi tambahan gliserol. Setelah itu, dioven sehingga diperoleh plastik yang diinginkan.
“Hasil penelitian menunjukkan limbah sisik ikan kakap dan ikan gurami berpotensi untuk digunakan dalam pembuatan plastik,” terang Ivone.
Meskipun hasilnya menunjukkan kedua jenis sisik ikan itu berpotensi digunakan sebagai plastik biodegradable, imbuh Ivone, kedepan masih perlu dilakukan serangkaian penelitian lanjutan. Pasalnya, kitin dan kitosan dari hasil ekstraksi kedua jenis sisik ikan tersebut belum memenuhi standar kitin dan kitosan komersial sehingga plastik yang dihasilkan masih getas dan berwana keruh.
“Kandungan abu dalam kitin masih tinggi sehingga kedepan masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengurangi kadar abu dari kitin dan kitosan ekstrak sisik ikan mendapatkan plastik dengan kualitas yang lebih baik,” terangnya. (Humas UGM/Ika)