
Dr. Pascal Lanuois dari WHO menyampaikan bahwa penyakit tidak menular masih menjadi persoalan serius di tingkat dunia. Beban penyakit ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
“Prevalensi penyakit tidak menular terus mengalami peningkatan setiap tahunnya,” ungkapnya, Kamis (3/3) dalam Annual Scientific Meeting (ASM) 2016 di Fakultas Kedokteran UGM.
Data WHO tahun 2012 mencatat terdapat sekitar 38 juta orang meninggal akibat penyakit tidak menular, dari total 56 juta orang yang meninggal di tahun tersebut. Kematian terkait penyakit tidak menular ini sebagian besar disebabkan karena kanker, penyakit kardiovaskular, penyakit pernafasan kronis, serta diabetes.
“Setidaknya 82 persen kematian terkait penyakit tidak menular akibat penyakit kanker, kardiovaskular, pernafasan kronis, dan diabetes,” terang Pascal.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, dr. Lily S Sulistyowati, M.M., mengatakan terjadinya peningkatan jumlah penyakit tidak menular dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat. Oleh karena itu, penerapan hidup sehat dapat mencegah penyakit ini.
Lily menyampaikan upaya yang bersifat promotif dan preventif penting dilakukan untuk menekan peningkatan penyakit tidak menular. Salah satunya dengan makan teratur sesuai dengan kebutuhan dan menjaga komposisi nutrisi yang seimbang.
“Diet seimbang bisa mencegah kejadian penyakit tidak menular,” katanya.
Disamping itu, upaya pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan cek kesehatan secara berkala, menghindari paparan asap rokok, istirahat yang cukup, rajin berolahraga minimal 30 menit setiap harinya serta melakukan pengelolaan stres.
Penyakit tidak menular serta penyakit infeksi seperti helminthiasis, filariasis, dan schistosomiasi masih relatif terabaikan pada era MDGs 2015. Saat itu, program lebih ditekankan pada pengendalian HIV/AIDS, TB, Malaria serta kesehatan ibu dan anak. Dengan kata lain, Indonesia gagal memenuhi target MDGs.
“Dari 67 indikator MDGs baru 48 yang tercapai dan 19 program lainnya tidak tercapai,” jelas Dr. Ir. Subandi Sardjoko, M.Sc., Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan BAPPENAS.
Subandi menyebutkan dari 19 program yang tidak tercapai tersebut 12 diantaranya terkait kesehatan, seperti gizi, kematian ibu dan bayi, dan penyediaan sanitasi. Untuk itu, nantinya sejumlah indikator yang gagal dicapai tersebut akan terus diupayakan agar bisa terlaksana dengan baik pada SDGs 2016-2030 mendatang.
Sementara itu, Ketua KAGAMA FK UGM, Dr. dr. Sugiri Syarief, MPA., mengatakan penyelenggaraan ASM kali ini diselenggarakan bertepatan dengan penyelenggaraan Dies Natalis ke-70 FK UGM, 4 tahun RS UGM, dan 34 Tahun RSUP DR. Sardjito. Mengambil tema “Memulai Sustainable Development Gools dengan Menghadapai Non Communicable Disease dan Neglected Tropical Diseases”. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan SDGs terutama dalam sisi manajemen dan pengambilan kebijakan. (Humas UGM/Ika)