Tahir Foundation menyerahkan hibah dana sebesar 100 milyar untuk membiayai pembangunan gedung pascasarjana Fakultas Kedokteran UGM. Gedung yang memiliki luas 9.781 meter persegi ini, terdiri dari 3 buah gedung yang ditargetkan selesai dibangun selama 18 bulan kedepan. Menandai mulainya pembangunan gedung tersebut, secara simbolils dilakukan peletakan batu pertama, Jumat (4/3), di Kampus FK UGM oleh Ketua Pembina Tahir Foundation, Prof. Dr. Tahir, MBA, Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., Dirjen Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti, Prof. Ali Ghufron Mukti dan Dekan FK UGM , Prof. Dr. dr. Teguh Aryandono, Sp.B (K) Onk.
Tahir mengatakan bantuan hibah yang diberikan oleh Tahir Foundation sebagai bagian dari komitmen mereka pada pengembangan ilmu kesehatan. Ia mengaku tidak memiliki kepentingan apa pun dari bantuan yang diberikan tersebut. “Memang ada istilah, tidak ada makan siang gratis, tapi masalahnya saya sudah makan siang. Kalo dianggap saya ingin dapat sesuatu di balik ini, saya sudah punya sesuatu itu. Saya melakukan ini karena betul-betul sangat peduli pada bidang kesehatan,” kata Tahir dalam sambutannya.
Kepeduliannya pada pengembangan pendidikan kesehatan, kata Tahir, terinspirasi dari ayahnya yang semasa hidup mengabdi untuk membantu biaya pengobatan para penderita kanker. Meski demikian, ia berharap gedung pascasarjana yang baru dibangun ini bisa mendorong hasil pendidikan dan riset bahkan bisa mendorong UGM masuk peringkat 500 besar dunia. “Peringkat UGM sekarang masih jauh diatas 500 besar dunia. Padahal tetangga kita, National University of Singapore, selalu masuk ranking 100 besar dunia, bagaimana UGM bisa menargetkan juga seperti itu,” tuturnya.
Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., menyampaikan apresiasi kepada Tahir Foundation atas bantuan filantropi pembangunan gedung pascasarjana FK UGM. Ia berharap keberadaan gedung baru ini menjadikan pendidikan pascasarjana FK UGM makin maju dan berkembang. “UGM ingin menjadikan pendidikan pascasarjana sebagai tulang punggung dalam pengembangan akademik,” ujarnya.
Menanggapi pernyataan Tahir terkait peringkat UGM di tingkat dunia, Rektor mengatakan dari sisi peringkat dunia memang UGM masih kalah bersaing dengan universitas terkemuka dunia dari sisi jumlah karya paten, publikasi di jurnal ilmiah dan rasio dosen dan mahasiswa . “Meskipun kalah banyak dari sisi publikasi jurnal dan paten, kami yakin proporsi kami di bidang pengabdian masyarakat, peringkat kami mungkin lebih baik dibanding dari universitas kelas dunia,” terangnya.
Sementara itu, Ali Ghufron Mukti mengatakan UGM merupakan satu dari tiga universitas di Indonesia yang ditargetkan masuk dalam daftar peringkat 500 besar dunia hingga tahun 2019 mendatang. “UGM merupakan salah satu dari tiga universitas yang kita dorong masuk 500 besar dunia,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)