
Excellent service secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan customer. Dengan kata lain, excellent service merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas. Dengan demikian, excellent service yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan harapan dan kepuasan customer.
“Terkait perpustakaan, maka memahami perpustakaan sebagai sebuah bisnis akan membantu pustakawan dalam memberikan pelayanan prima kepada pemustaka dari berbagai generasi,” kata Ratih Ibrahim, MM Psichologist, Personal Growth, Jakarta pada seminar internasional “Multitasking Librarian” di UC UGM, Kamis (10/3).
Menurut Ratih beberapa tips untuk meningkatkan kualitas diri pustakawan adalah penguasaan atas kemampuan berorganisasi. Selain itu, pustakawan menguasai pula keterampilan interpersonal, semangat keramahtamahan, keterampilan komputer dan keterampilan bahasa.
“Pustakawan harus bisa memberikan apa yang dijanjikan pada customer. Sebagai pusat data dan informasi, perpustakaan harus mendeliver. Oleh karena itu, softskill penting untuk meningkatkan personal growth,” katanya.
Sementara itu, Mrs. Lee Cheng Ean, Kepala Perpustakaan National University of Singapore (NUS), menyatakan membangun budaya kolaborasi merupakan kunci bagi pengembangan sumber daya manusia perpustakaan. Seperti konsep embedded librarianship yang dikembangkan perpustakaan NUS.
“Dengan embedded librarianship yaitu membangun kolaborasi antara pustakawan dengan civitas akademika tentu dapat mendukung pengajaran, pembelajaran dan riset,” kata Lee.
Mengangkat topik “NUS Librarians: Partners in Learning, Teaching dan Researching”, Lee lebih lanjut menjelaskan telah terjadi pergeseran kompetensi pustakawan seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan visi-misi universitas serta perpustakaan. Karena itu, strateginya adalah mengupayakan pengembangan kemampuan, pelayanan prima dan kesinambungan anggaran.
“Pengembangan kemampuan staf tentu menjadi mitra efektif dalam mendukung riset dan pembelajaran, layanan inovatif untuk menginspirasi kreativitas, pertanyaan kritis, pembelajaran dan menciptakan pengetahuan, serta kesinambungan anggaran dengan tata kelola yang baik,” katanya.
Dr. Kuwat Triyana, dosen dan peneliti LPPT UGM, menyadari kehadiran pustakawan untuk menjawab kebutuhan Tri Dharma Perguruan Tinggi sangat dibutuhkan. Pustakawan dinilai sebagai penggerak perpustakaan dengan mengomunikasikan informasi riset dan pengajaran kepada civitas akademika.
“Karena itu perpustakaan dituntut harus selalu up date. Terkait dengan penelitian-penelitian maka kita butuh referensi-referensi terbaru,” jelasnya.
Seminar internasional digelar untuk memperingati HUT ke-65 Perpustakaan UGM. Seminar yang dipandu Drs. Ida Fajar Priyanto, MA., Ph.D diramaikan pula dengan penyerahan pemenang Lomba Penulisan Artikel Ilmiah Populer Perpustakaan UGM tahun 2016.
Lomba dalam rangka HUT ke-65 Perpustakaan UGM terpilih sebagai juara I Purwoko, SIP., M.A (Pustakawan Fakultas Teknik UGM), dengan judul tulisan Scholary Communication: Kompetensi Wajib Pustakawan Perguruan Tinggi. Juara II, Nur Cahyati, S. Anthropologi (Pustakawan UGM) dengan judul Bersolek Dalam Kualitas: Menuju Embedded Librarian, dan juara III, Risty Prasetyawati, SIP (Pustakawan STIKES Jendral Ahmad Yani, Yogyakarta), judul tulisan Kompetensi Pustakawan Dalam Embedded Librarianship. (Humas UGM/ Agung)