Hingga saat ini banyak kalangan masih meragukan kebenaran teori evolusi Darwin, terutama mereka dari kalangan agama. Secara ilmiah teori Darwin belum runtuh, sebelum ditemukannya bukti-bukti empiris yang bertentangan dengan kesimpulan tersebut.
Begitulah bagian akhir makalah Drs Bambang Agus Suripto SU MSc memahami kembali “Teori Evolusi Charles Darwin”, Rabu (21/11), pada Diskusi Serial Pemikiran “Great Thinkers” di Gedung Perpustakaan Pascasarjana UGM.
Dalam diskusi yang dipandu moderator Drs Rizal Mustansyir MHum tersebut, Bambang Suripto menerangkan jika ide tentang terjadinya evolusi biologi sudah lama menjadi pemikiran manusia, namun diantara berbagai teori evolusi yang pernah diusulkan, nampaknya teori evolusi Darwin yang paling dapat diterima.
Bahkan di tahun 1858, katanya, Darwin mengajukan dua teori pokok yaitu spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup sebelumnya, dan evolusi terjadi melalui alam.
“Perkembangan tentang teori evolusi memang sangat menark untuk diikuti. Darwin pun berpendapat bahwa berdasar polanya evolusi bersifat gradual, berdasarkan arah adaptasinya bersifat divergen dan berdasar hasilnya sendiri selalu dimulai terbentuknya varian baru,” ungkap Bambang Suripto.
Dalam perkembangannya teori evolusi Darwin mendapat tantangan (terutama dari golongan agama, dan penganut paham teori penciptaan—Universal Creation), dengan berbagai dukungan dan pengkayaan-pengkayaan. Jadi teori evolusi sendiri juga berevolusi, sehingga teori evolusi biologi yang dikenal dengan istilah “Neo-Darwinian” dan Modern Sintesis, bukanlah murni seperti yang diusulkan oleh Darwin.
“Berbagai istilah hasil pengkayaan menjadi cermin pergulatan pemikiran dan argumentasi ilmiah seputar teori evolusi ini. Dari sinipun dikenal berbagai istilah seperti berdasar kecepatan evolusi (evolusi quasi dan evolusi quantum), berdasar arah adaptasi (evolusi divergen dan evolusi konvergen), berdasar polanya (evolusi gradual, evolusi punctual, dan evolusi saltasi) dan berdasar skala produknya dikenal evolusi makro dan evolusi mikro,” tandas Bambang. (Humas UGM)