Pendidikan merupakan hak bagi semua masyarakat Indonesia. Sayangnya, belum semua masyarakat Indonesia dapat menikmati pendidikan yang layak, khususnya anak-anak di daerah terpencil. Keterbatasan fasilitas dan kondisi ekonomi yang kurang mendukung, menyebabkan hilangnya akses mereka menuju pendidikan yang layak.
Kondisi ini menginspirasi mahasiswa UGM untuk mengembangkan sebuah aplikasi terintegrasi yang menyediakan materi pembelajaran dalam bentuk video untuk siswa SMP dan SMA. Mereka adalah Fury Oktria Putra (Teknik Industri), Elok Pitaloka (Teknik Industri) dan Damar Adi Prabowo (Ilmu Komputer).
Aplikasi yang mereka buat juga dapat menghubungkan siswa ke tutor sehingga siswa dapat belajar kapan dan di mana saja dengan fasilitas dan materi yang lengkap sesuai dengan kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia. Ide pengembangan aplikasi ini berhasil masuk 50 besar Young Social Entrepreneurs Programme. Nantinya, Fury dan tim akan berkompetisi dengan tim-tim terbaik lainnya dari 26 negara di dunia pada 19 Maret mendatang.
“Ezdu bisa menjadi solusi untuk yang praktis untuk anak-anak di daerah terpencil yang ingin belajar dan berprestasi layaknya seperti anak-anak di kota besar,” kata Fury, Rabu (9/3) di Fakultas Teknik.
Fury menjelaskan siswa-siswa di kota besar dapat membeli aplikasi ini sehingga mendapatkan akses penuh ke semua materi pembelajaran dalam bentuk video. Selain itu, juga bisa mendapatkan koneksi ke tutor sesuai dengan mata pelajaran yang diinginkan. Para siswa dapat berhubungan dengan tutor melalui chat, telpon, dan video call (skype) ataupun bertemu langsung dengan tutor sesuai kesepakatan bersama.
Selanjutnya, pendapatan dari aplikasi berbayar ini akan dialokasikan untuk membantu siswa di daerah terpencil sehingga mendapatkan akses yang sama ke aplikasi Ezdu ini. Siswa di daerah terpencil akan dibantu dengan fasilitas smartphone dan akses internet sehingga mereka akan mendapatkan akses pendidikan yang sama seperti siswa di kota-kota besar.
“Pengembangan Edzu ini ditujukan untuk membantu pemerataan pendidikan di seluruh daerah Indonesia. Harapannya, semua siswa mendapatkan akses pendidikan yang layak beserta pengajar yang berkualitas,” urainya.
Sementara Devara Izaz Fathan, Ketua OSIS SMAN 1 Yogyakarta, yang telah mencoba aplikasi Edzu ini menyampaikan bahwa aplikasi mudah atau praktis dalam pengoperasiannya. Disamping itu, juga sangat inovatif di tengah menjamurnya les privat yang kurang mengakomodasi anak-anak yang memiliki keterbatasan ekonomi.
Ia pun berharap dengan kehadiran aplikasi ini dapat menjadi alternatif solusi dalam upaya mengatasi keterbatasan akses pendidikan di wilayah terpencil. Melalui aplikasi ini diharapkan bisa membantu siswa di daerah terpencil untuk belajar dan berprestasi seperti siswa-siswa di kota besar dengan fasilitas pendidikan yang lengkap dan guru yang berkualitas. (Humas UGM/Ika)