• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Sebanyak 383 Orang Penderita AIDS/HIV Berada di DIY

Sebanyak 383 Orang Penderita AIDS/HIV Berada di DIY

  • 13 Desember 2007, 12:08 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 2704
  • PDF Version

Yogya, KU

Sebanyak 383 penderita HIV/AIDS berada di Yogyakarta. Namun dari keseluruhan penderita tersebut belum semuanya terdeteksi. Menurut peneliti AIDS dari Universitas Gottingen Jerman Thomas Stodulka, M. A, banyak dari penderita yang masih enggan dan malu mengakui bila dirinya sudah positif HIV/AIDS.

“Perasaan malu menjadi bagian yang terpisahkan dari para ODA (penderita HIV/AIDS), karena besarnya stigma yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka apalagi dengan anggapan bahwa penyakit ini menentukan persoalan hidup dan mati,” ujar Thomas Stodulka, M. A, Rabu (12/12) dalam diskusi “The Anthropology of AIDS a matter of Life and Death?” di ruang seminar Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada.

Menurut Thomas, pola pikir ini mayoritas masyarakat DIY inilah merupakan fenomena yang sama terjadi di masyarakat dunia.

“HIV-AIDS bukanlah hanya fenomena dan masalah local, tetapi juga global. Hampir semua negara menghadapi hal yang sama,” tukasnya.

Selama dua tahun penelitian di DIY, Thomas mengaku dirinya lebih memfokuskan pada penderita HIV AIDS dari sisi antropologi emosi.

“Saya khususkan pada kasus HIV/AIDS, lebih difokuskan pada antropologi emosi. Saya pikir ini memang ada jawabannya, karena emosi berhubungan dengan lingkungan biologis, sosial dan budaya,” ujarnya.

Berdasarkan pengalamannya, perasaan “malu” begitu menguat di lingkungan ODA. Terutama pada keluarga dan sanak saudara. Bahkan bagi mereka yang menderita sakit HIV, TBC, Diabetes, flu burung pun menurutnya tetap saja memiliki perasaan malu yang akan mempengaruhi identitas mereka.

“Di sini, masyarakat mengevalusai individu, sehingga menimbulkan stigma dan merusak idetitas individu tersebut,” tegasnya..

Selain itu, dirinya masih menyesalkan bahwa penanganan HIVAIDS selalu ditindaklanjuti setelah ada laporan angka penderita ODA meningkat cukup besar. Disebutkan Thomas, Pemerintah, lembaga internasional, LSM dan masyarakat terkesan akan bertindak jika angka kasus yang dilaporkan sangat tinggi, padahal angka tersebut belum tentu benar.

“Biasanya mereka akan gerak kalo angka sudah tinggi, misalkan saja ada survei yang menyebutka 25 persen penduduk DIY penderita AIDS/HIV, dipastikan semua elemen masyarakat bertindak, dan menganggap ini persoalan semua orang,” katanya.

Hal yang sama juga disampaikan Ani Himawati peneliti dari Universitas Leiden, Belanda. Menurutnya, ada kekhawatiran berlebihan dari masyarakat agar kampanye HIV/AIDS ini tidak memasuki wilayah yang masih dianggap tabu dan privat.

“Ada kekhawatiran dari masyarakat yang masih enggan membicarakan sesuatu yang sufatnya memasuki wilayah tabu dan privasi,” tegasnya.

Menurut Ani, sudah saatnya masyarakat diajak untuk tidak lagi malu mengakui secara terbuka jika mereka sudah tertular, sehingga HIV/AIDS bukan lagi bersifat ekslusif tapi merupakan persoalan semua orang. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Teliti Pasien HIV dan TB-HIV, Dosen UNDIP Raih Doktor

    Wednesday,06 August 2014 - 15:24
  • Peringati Dies ke-59, UGM Gelar Konser Musik “AIDS, I'm in Love”

    Monday,01 December 2008 - 13:50
  • Terapi Transpersonal Tekan Kecemasan Penderita HIV AIDS

    Monday,28 April 2008 - 10:44
  • Mahasiswa UGM Buat Modul Terapi Pengobatan Penderita HIV dan AIDS

    Thursday,11 July 2019 - 15:37
  • TB Penyakit Menular Mematikan Kedua Setelah AIDS

    Thursday,24 March 2016 - 16:19

Rilis Berita

  • KKN-PPM UGM Akhiri Pengabdian di Pulau Bawean 19 August 2022
    Sebanyak 30 mahasiswa UGM mengakhiri masa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat
    Agung
  • Mahasiswa KKN UGM Gelar Festival Selayang Plumpang 19 August 2022
    Mahasiswa KKN UGM menggelar Festival Selayang Plumpang  sebagai ajang promosi budaya dan pen
    Ika
  • Gelanggang Expo 2022 “Sinergi dalam Kreasi” Resmi Dibuka 19 August 2022
    Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Gelanggang Expo (Gelex) 2022 dengan menghadirkan pameran
    Satria
  • Lima Mahasiswa UGM Berhasil Kembangkan Teknologi Untuk Tingkatkan Umur Simpan VCO 18 August 2022
    KWT Nira Lestari merupakan sebuah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang beralamat di Dusun Semen
    Agung
  • Mahasiswa UGM Kembangkan Aplikasi Deteksi Dini Stunting 18 August 2022
    Ika

Agenda

  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual