Indonesia masih belum optimal dalam pemanfaatan potensi geothermal dunia. Meskipun memiliki 40 persen (2009 ribu megawatt) dari potensi geothermal dunia, Indonesia hingga kini baru memanfaatkan potensi tersebut sebesar 4 persen. Itupun baru dimanfaatkan untuk keperluan energi listrik.
Melihat pemanfaatan langsung panas bumi yang belum berkembang tersebut maka sudah sewajarnya bila pemerintah perlu mendorong pemanfaatan panas bumi secara langsung. Hal ini cukup beralasan karena potensi panas bumi sesungguhnya dapat dimanfaatkan di berbagai sektor, seperti industri, pengeringan, agriculture, greenhouse dan lain-lain.
“Paling mudah memang biasanya untuk pariwisata. Di beberapa tempat hal itu sudah diaplikasikan, seperti pemandian air panas di Jawa Barat dan Clereng, Kulon Progo Jogja,” ujar Khasani, ST., D.Eng., M.Eng, dosen FT UGM, disela-sela pertemuan Geothermal Capacity Building Program Indonesia – Netherlands (GEOCAP), di UC UGM, Senin (5/4).
Menurut Khasani Indonesia perlu mendorong pembangunan sumber daya manusia untuk pemanfaatan potensi panas bumi. Harapannya melalui upaya tersebut masyarakat dapat memanfaatkan potensi panas bumi secara langsung.
“Pemerintah perlu mendorong pemanfaatan langsung seperti itu karena dirasakan langsung masyarakat. Seperti di Taman Pendidikan Panas bumi Lahendong, Sulawesi Utara, potensi tersebut dimanfaatkan untuk memproses pembuatan gula aren,” tutur Khasani.
Oleh karena itu, melalui pertemuan GEOCAP yang diprakarsai Belanda dan Indonesia ini diharapkan dapat membantu secara teknis untuk program pembangunan kapasitas geothermal nasional. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain training, data riset, dan inventarisasi daerah-daerah yang memiliki potensi panas bumi.
Hal senada disampaikan Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Prof. Dr. Suratman, saat membuka pertemuan GEOCAP. Besarnya potensi geothermal yang dimiliki Indonesia perlu dimanfaatkan sebagai energi terbarukan.
“Seperti yang dimanfaatkan masyarakat Lahendong, Sulawesi Utara. Mereka telah memanfaatkan panas bumi untuk mengolah gula aren,” katanya.
Forum Geothermal Capacity Building Programme Indonesia-Netherlands (GEOCAP) berlangsung selama 2 hari, pada 4 dan 5 April 2016. Selain merumuskan program riset untuk kebutuhan solusi problem eksplorasi dan eksploitasi geothermal, forum juga merumuskan program pendidikan dan pelatihan serta program database. (Humas UGM/ Agung)