Bagi karyawan, modal sosial sangat bermanfaat karena akan mendukung proses kerja. Modal sosial merupakan akses ke sumber informasi yang lebih luas sehingga akan meningkatkan kualitas, relevansi, serta ketepatan waktu untuk informasi yang diperlukan karyawan guna menunjang pekerjaannya.
“Karyawan yang memiliki modal social yang baik, akan memiliki akses hubungan yang sangat luas. Dengan akses hubungan yang luas menyebabkan ia lebih mudah mendapatkan dukungan dari rekan kerjanya, yang memungkinkan ia mendapatkan informasi atau sumberdaya yang diperlukan dari rekan kerjanya untuk mendukung pelaksanaan tugasnya,” ujar Wisnu Prayogo SE MBA, Senin (7/1) saat ujian terbuka program doktor di Sekolah Pascasarjana UGM.
Menurutnya, modal sosial membentuk pengaruh, kendali, dan kekuasaan pada orang yang memilikinya. Seorang karyawan yang memiliki interaksi baik dengan rekan kerjanya tentu akan dipercaya , sehingga rekan –rekannya akan menerima setiap saran atau pendapatnya dengan baik. Bahkan jika diminta, rekan kerja akan dengan senang hati melakukan sesuatu untuknya. Dengan demikian, karyawan dengan modal sosial tinggi memiliki pengaruh atas rekannya tersebut.
Selain itu, kata Wisnu Prayogo, modal sosial juga membentuk solidaritas antar karyawan. Seseorang dengan modal sosial tinggi akan berinteraksi dengan baik, saling mempercayai dengan rekan kerja, dan memiliki kesamaan pemahaman dengan rekan kerja tentang organisasi.
“Jika perilaku semacam itu muncul, karyawan cenderung akan mengorbankan kepentingan diri sendiri demi kepentingan kelompok atau rekan kerjanya. Dengan demikian akan tercipta solidaritas tinggi antar karyawan yang memungkinkan mereka bekerjasama dengan baik dalam pekerjaannya,” tambah promovendus yang mempertahankan desertasi “Pengaruh kepemimpinan dan Kepribadian Pada Modal Sosial Serta Dampaknya Pada Kinerja”.
Wisnu Prayogo dalam penelitiannya, fokus menguji pengaruh perilaku kepemimpinan atasan langsung dan kepribadian karyawan pada modal sosial, serta perluasan ukuran kinerja karyawan dengan menggunakan ukuran kinerja in-role performance dan extra-role-performance. “Dengan demikian, penelitian ini menguji secara simultan pengaruh kepemimpinan atasan dan kepribadian karyawan pada modal sosial keryawan serta dampaknya pada kinerja,’ tandas Prayogo.
Hasil pelitian terhadap 504 responden staf administrasi (non produksi) dengan masa kerja di atas satu tahun di beberapa perusahaan manufaktur besar di Jogjakarta, Semarang dan Solo menyimpulkan, conscientiousness dan extraversion karyawan berpengaruh positif pada dimensi struktural modal sosial karyawan, serta kepemimpinan transformasi dan kepemimpinan transaksional atasan tidak membentuk interaksi antar karyawan yang merupakan dimensi struktural modal sosial karyawan.
Dosen STIE YKPN inipun berkesimpulan, perilaku transformasional atasan, openness to new experience dan extraversion karyawan berpengaruh positif pada trust antar karyawan sebagai dimensi relasional modal sosial. Disamping itu, perilaku transformasional atasan dalam bentuk karisma, openness to new experience, conscientiousness, dan extraversion berpengaruh positif pada dimensi kognitif modal sosial karyawan.
“Begitu pula dimensi struktural dan dimensi kognitif modal social karyawan berpengaruh positif pada kinerja karyawan yang diukur dengan in-role performance dan extra-role performance,” kata Wisnu Prayogo, yang dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan, dan meraih gelar doktor bidang ilmu ekonomi UGM. (Humas UGM).