Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, mengatakan bahwa industri jasa memiliki potensi besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor ini dapat berkontribusi terhadap peningkatan PDB nasional, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan.
“Industri jasa masih berpeluang tumbuh di Indonesia. Apabila bisa dikelola dengan baik kontribusinya sangat besar bagi perekonomian Indonesia,” kata Mari, Kamis (14/4) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM.
Sektor industri jasa berkontribusi meningkatkan PDB nasional dari 45 persen di tahun 2010 menjadi 55 persen di tahun 2012. Selain itu, sektor industri jasa mampu mencipatkan 21,7 juta lapangan pekerjaan dalam kurun waktu 2000-2010.
“Sayangnya apresiasi pada sektor ini justru sangat kurang,” tuturnya.
Menurutnya, sektor jasa mampu menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui berbagai industri jasa, seperti pariwisata, logistik, dan transportasi. Kendati begitu, masih terdapat sejumlah kendala dalam pengembangan sektor industri jasa ini. Salah satunya, masih lemahnya daya saing pelaku industri jasa di Indonesia karena adanya kebijakan dan regulasi yang membatasi kesempatan pertumbuhan industri jasa.
Namun demikian, disampaikan Mari, kebijakan pemerintah saat ini semakin mendukung pertumbuhan sektor ini. Kebijakan Indonesia yang telah menyepakati Asean Framework Agreement on Services (AFAS) membuka peluang sektor jasa domestik untuk berkembang, tidak hanya di dalam negeri, namun juga di tingkat regional tanpa adanya dikriminasi maupun hambatan.
Dalam CEO Talk The Walk “The Servicea Sector as a Driver of Change: Indonesia Experience in the ASEAN Context” turut menghadirkan Prof. Chris Findlay, University of Adelaide. Dalam kesempatan itu, Findley menyampaikan bahwa industri jasa mampu mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Industri jasa mampu mengeluarkan masyarakat miskin dari garis kemiskinan karena penghasilan dari sektor tersebut.
Findlay mengungkapkan sektor jasa menjadi sumber pekerjaan penting bagi perempuan Indonesia. Lebih dari separuh pekerja (52%) di sektor ini berasal dari kalangan perempuan.(Humas UGM/Ika)