Yogya, KU
Sosiolog UGM Dr Lambang Triono mengaku prihatin atas kasus penembakan presiden Timor Leste Ramos Horta oleh pemberontak pimpinan Alfredo Reinado pada senin pagi (11/2). Menurut Lambang peristiwa ini menunjukkan bahwa rivalitas politik di Timor Leste belum membaik dalam rangka proses transisi demokrasi.
“Sebenanrya ini merupakan lebih ke arah persoalan rivalitas politik,” ujar Lambang kepada wartawan, Senin (11/2) di kampus UGM.
Dijelaskan oleh Lambang, Fenomena pembunuhan terhadap Presiden Ramos Horta menunjukkan bukti adanya bahwa sistem politik di Timor Leste belum berjalan secara baik untuk menuju sebuah transisi sebagai Negara baru yang demokratis
“Konsolidasi politik dan penataan struktur politik di Timor Leste sejak pasca kemerdekaan belum sepenuhnya mandiri, sedang menuju running demokrasi. Sehingga rivalitas politik belum dilakukan secara demokratis, tapi menggunakan upaya sabotase kekerasan politik,” jelasnya.
Menurut Mantan Ketua Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM ini, Masyarakat Timor Leste setelah lepas dari Indonesia sejak tahun 1999 mengalami euphoria politik yang tinggi sekali dan menaruh harapan politik yang begitu besar bagi pemerintahnya. Namun, harapan yang begitu besar ini tidak sesuai dengan kondisi realitas yang ada, menyebabkan munculnya tindakan kekerasan dan sabotase politik akhir-akhir ini.
“Harapan yang belum kesampaian dan belum didukung oleh realitas ini telah menyebabkan terjadinya kekerasan di Timor Leste,” ujarnya.
Dikatakan Lambang, harapan yang tinggi dari masayarakat Timor Leste seharusnya mampu diakomodasi oleh kelembagaan ekonomi, sosial, dan politik yang ada. Hal ini merupakan ganjalan dan menjadi tugas berat dari pemimpin politiknya.
“Saya kira pemimpin yang masih memiliki pengaruh paling kuat bagi masyarakatnya adalah Xanana Gusmao sebagai pemersatu dari sebagai peletak fondasi dasar demokrasi baru,” jelasnya.
Lambang menilai, pasca penembakan Ramos Horta ini akan menyebabkan terjadinya kekacauan politik yang lebih besar dan tidak akan mudah diatasi oleh para pemimpin politik yang ada
“Ini kemunduran yang sangat luar biasa jika sampai Ramos Horta sampai meninggal dunia, karena bisa menyebabkan kekacauan politik yang tidak mudah diatasi oleh kepemimpinan politik yang ada,” kata dosen jurusan Sosiolgi Fisipol.
Menurut lambang, solusi yang bisa ditempuh untuk sementara ini yakni melakukan koalisi antar partai di Timor Leste harus diperkokoh untuk menstabilisasi situasi sosial dan politik pasca peristiwa penembakan Ramos Horta.
Adpaun peran Indonesia sebagai Negara tetangga dan bekas Negara induknya, menurut Lambang memiliki peran untuk memberikan kontribusi dalam menjaga kestabilan sosial masyarakat Timor Leste dengan diwujudkan politik etis karena posisi Indonesia sebagi bekas Negara induk
“Paling tidak memberikan stabilisasi sosial di Timor Leste dengan cara politik etis, bukan dalam bentuk hubungan politik formal lainnya. Mungkin di tingkat ASEAN bisa dibicarakan lebih formal,” kata Lambang yang tahun 2001 pernah meneliti tentang persoalan rekonsiliasi pasca konflik masalah pengungsi dan kepemilikan tanah di Timor Leste. (Humas UGM/Gusti Grehenson)