Yogya, KU
Sebanyak 387 orang kader kesehatan dan 27 petugas kesehatan yang berasal dari Kecamatan Jetis dan Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul mengikuti pelatihan simulasi penangangan kegawadaruratan bencana. Kegiatan pelatihan kegawadaruratan ini difasilitasi oleh Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran UGM, bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA).
Menurut ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FK UGM, dr lely Lusmilasari SKp MKes, pelatihan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam pembentukan tim respon gawat darurat (Emergency Response Team).
“Keterlibatan PSIK UGM sendiri dalam upaya untuk rehabilitasi dan memberdayakan masyarakat, difokuskan pada pelatihan kader dan tenaga kesehatan,” ujar Lely kepada wartwan, Senin (18/2) di Segoroyoso, Pleret, Bantul.
Lely menambahkn, selain pelatihan penanganan bencana dan kejadian kegawadaruratan, masyarakat juga diajarkan untuk menangani pasien yang mengalami trauma.
“Kita melatih pada penanganan saat kondisi emergency pada pasien yang mengalami fraktur (patah tulang), menghentikan pendarahan, termasuk salah satunya kasus keracunan,” tegasnya.
Disamping pembentukan Emergency respons team, jelas lely, program ini juga melakukan pemberdayaan bagi korban cacat dengan memberikan pelatihan keterampilan yang bermanfaat. Keterampilan tersebut meliputi pembuatan emping melinjo, menjahit, membuat makram, menyablon, handicraft, buat tas kain. Jumlah penyandang cacat di dua kecamatan Jetis dan Pleret saat ini ada sekitar 30 orang yang sudah diberdayakan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bantul, dr. Siti Noor Zaenab M.Kes mengatakan kegiatan pelatihan ini juga sebagai salah satu upaya Kabupaten Bantul mempersiapkan Desa Siaga. Konsep desa siaga ini sendiri, jelas Zaenab, dalam rangka menjadikan desa yang memiliki kesiapan sumberdaya termasuk didalamnya kader kesehatan.
“Pelatihan ini juga turut mendukung mempersiapakan kader kesehatan yang akan kita tempatkan di 1098 posyandu di Bantul. Masing-masing posyandu, setidaknya memiliki 10 orang kader kesehatan,” ujar Zaenab.
Dalam rangka meningkatakn kapasitas posyandu, kata Zaenab, Bupati Bantul juga memberi dana operasional sebesar 1,5 juta per posyandu, sedangakan kader kesehatan diberi insentif sebesar 600 ribu per tahun.
Salah satu peserta yang ikut pelatihan kesehatan, Yulina (30), mengaku sudah mendapatkan penglaman dan pengetahuan yang cukup dalam penanganan kegawadaruratan setelah delapan kali mengikuti pelatihan sejak maret 2007 sampai april 2008 mendatang.
“Sedikit-dikit kita sudah tahu tentang soal kesehatan dan bagaimana cara pengobatan,” jelas Yulina. (Humas UGM/Gusti Grehenson)