Yogya, KU
Setiap bulan selama 2008 Fakultas Kedokteran UGM menargetkan melakukan operasi gratis kepada 10 penderita katarak. Meski jumlahnya kecil namun diharapkan ini bisa sedikit menekan pertambahan penderita katarak yang mencapai 0,01% dari total penduduk pertahunnya.
Dekan Fakultas Kedokteran UGM Prof Dr Hardyanto Soebono, mengatakan bahwa penyakit katarak sebagai penyebab nomor satu terjadinya kebutaan. Untuk itu, pertama kali operasi katarak gratis dilangsungkan Selasa (25/2) di RS Sardjito terhadap 20 pasien yang semuanya berasal dari keluarga miskin. Menurut Hardyanto, kegiatan ini sekaligus juga menandai rangkaian peringatan dies natalis ke-62 Fakultas Kedokteran UGM dan ulang tahun RSP Dr Sardjito ke 26.
“Sebagai salah satu bentuk kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan FK UGM dan Rumah sakit Sardjito berupa operasi katarak secara gratis kepada 20 orang. Tujuannya adalah menunjukkan bahwa FK UGM dan Sardjito masih peka dengan masalah-masalah kesehatan yang menimpa masyarakat tidak mampu,” tandasnya.
Hardyanto menambahkan, semua pasien yang dioperasi digratiskan tanpa menggunakan dana Askeskin. Tetapi menggunakan dana dari Fakultas Kedokteran UGM, RS Sardjito dan rekanan yang lain.
Ketua Pesatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) DIY, Prof dr Suharjdo, mengatakan pertumbuhan penderita katarak di DIY mencapai 0,01% pertahun dari total penduduk yang mencapai sekitar 3 juta orang. Jumlah ini tidak diimbangi dengan minimnya jumlah dokter.
“Jumlah dokter mata di Indonesia saja hanya 800 orang. Jelas sangat tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan katarak,” katanya.
Selain itu, tingginya biaya operasi katarak juga menjadikan banyak penderita tidak bisa mendapatkan perawatan. Untuk satu kali operasi, menurut Suhardjo dibutuhkan dana sedikitnya Rp2 juta.
Dalam kegiatan ini operasi dilakukan dengan teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah. Di India dan Bangladesh teknik operasi ini terbukti efektif menekan jumlah kebutaan.
Salah satu pasien katarak, Surip (50), mengaku sudah dua tahun menderita penyakit katarak dan merasa beruntung dengan adanya kegiatan operasi katarak gratis ini.
“Beruntung sekali ada operasi gratis karena saya dua tahun menunggu ada operasi katarak gratis,” kata bapak tiga anak asal Sidoarum Godean Sleman ini.
Surip mengungkapkan semenjak mengindap katrak, penglihatannay tidak normal lagi dengan terlihat adanya gumpalan kabut. Sejak saat itu dirinya mengaku hanya mamau melihat jangkauan dalam radius 10 meter saja, tidak bisa melihat jauh.
“Di depan mata saya terlihat seperti kabut, hanya mampu melihat dalam jarak 10 meter. Insya allah dengan operasi ini mata saya bisa sembuh,dan mampu melihat secara normal, ” tegas Bapak tiga anak.
Hal yang sama diungkapkan oleh Zubaedi (57). Pria asal Karangkajen ini bahkan mengaku sudah lebih dari lima tahun menderita katarak dan sudah berobat ke berbagai tempat namun tidak kunjung sembuh.
“Saya sudah menderita katarak lebih dari lima tahum, mau mencari yang gratis (operasi) sulit sekali,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)