Yogya, KU
Sebanyak 45 calon mahasiswa asing dari 24 negara mengikuti Orientasi Mahasiswa Asing Penerima Beasiswa Pemerintah RI Progran Darmasiswa Short Course (DSCS) di Yogyakarta. Selama 3 hari, 28 Februari – 2 Maret 2008, semua mahasiswa asing ini diasramakan dan diberi pengetahuan dan pengenalan berbagai aspek bidang sosial, budaya, seni dan berbagai macam objek pariwisata di Indonesia. Diharapkan, dari berbagai macam pengetahun ini akan menjadi modal dan kesiapan mereka selama menetap dan tinggal di Indonesia.
Kegiatan Orientasi mahasiswa asing yang biasa diadakan setiap tahun ini, kebetulan pada tahun ini dipilih kota Yogyakarta selaku tuan rumah dan menjadi panitia penyelenggara yang melibatkan unsur dari tiga kampus yakni UGM, UNY, ISI.
Salah satu ketua panitia, Nuning Catur Sriwilujeng, Minggu malam (2/3), dalam acara penutupan DSCS di Gedung Grha Sabha Pramana UGM mengatakan, selama tiga hari mahasiswa ditempatkan di gedung P4TK Klidon Jalan kaliurang KM 13,5. Selama di asrama, mahasiswa diberi perkuliahan umum berupa tentang budaya, seni dan berbagai objek wisata dan jenis masakan ala Indonesia.
“ Kita perkenalkan berbagai jenis masakan seperti gado-gado, nasi goreng, dan sate. Mereka juga kita suruh untuk belajar memasaknya sendiri, tapi komentar terakhir mereka bahwa mereka lebih senang makan maskannya dari pada disuruh memasaknya, dan masakan yang paling disenangi adalah sate,” kata staf pengajar fakultas seni dan bahasa UNY ini.
Selain itu, kata Nuning, mahasiswa juga dilibatkan dalam workshop batik dimana dikenalkan berbagai macam batik, corak batik dan proses pembuatannya.
Ditambahkan Nuning, setelah mengikuti program orientasi ini para mahasiswa asing memiliki cukup bekal selama tinggal dan menetap di Indonesia. Dan kesemua mahasiswa ini akan tersebar di sepuluh kampus di Indonesia.
Salah satu peserta dari China, Lin-Lin mengaku sangat terkesan mengikuti kursus singkat terkait tentang berbagai macam hal tentang budaya dan keindahan objek wisata Indonesia. Menurutnya, melalui program orientasi ini dirinya mempunyai gambaran bagaimana bisa mengnal karakter dan budaya masayarakat serta bagaimana cara hidup di Indonesia.
“Saya sangat terkesan sekali saat totur, eh tutor, saat membimbing kami bertamasya ke Borobudur, saya sangat menantikan tur ini karena saya ingin melihat lebih dekat objek wisata yang terkenal di seluruh dunia itu, Borobudur,” kata Lin-lin dengan sedikit terbata-bata mengucapkan kalimat bahasa Indonesianya karena baru saj mengikuti kursus bahasa Indonesia di INCULS FIB UGM.
Alex, salah satu calon mahasiswa asing asal Rumania mengaku juga merasakan kegembiraan yang sama selama mengikuti program orientasi, karena dirinya juga diajarkan menari Kecak Bali hanya dua kali pertemuan, setiap kali latihan membutuhkan waktu selama 1,5 jam.
Ikut menghadiri upacara penutupan DSCS ini, Mendiknas Prof Dr Bambang Sudibyo MBA, Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD, Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM Prof Dr Retno S Sudibyo, MSc Apt, Bagian Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar negeri Depdiknas Medi Arianto, dan beberapa Kepala Kantor Kerjasama UGM, UNY, dan ISI. (Humas UGM/Gusti Grehenson)